Tuesday, March 07, 2017

Memilih Berjuang

Dulu sekitar 11 tahun yang lalu, saat bapak meninggal, mama tidak sedang bekerja di kantoran. Mama murni ibu rumah tangga. Mama belum membuka usaha jahit dan jual hijab. Tapi Allah tetap memelihara Dan mencukupi kebutuhan keluarga kami. Mama masih memiliki gaji dan tabungan dari bapak. Sewaktu kecil aku tidak mengerti tentang pembagian harta gono gini, semua kakakku amanah dan memberikannya padaku sambil menyampaikan nasehat dan sarannya. Alhamdulillah..Allah menjaga keluarga kami. Kakak sulungku mendapat pekerjaan lalu menikah. Menyusul kakakku yang lain. Alhamdulillahirabbil'alamiin.. :)

Lupa tepatnya di tahun ke berapa, mama memulai bisnis jahit dan jual hijab. Ditekuninya sampai sekarang. Selama proses itu, aku banyak belajar. Belajar untuk mencari nafkah jauh-jauh sebelum berumah tangga, walau mungkin tak seperti mereka yang bergaji tiap bulannya. Karena pekerjaan kantoran belum bisa dilakoni karena status yang masih anak sekolah, belum ada ijazah SMA dan S1 saat itu, jadi aku mengerjakan pekerjaan yang kuberi judul 'hobi yang menghasilkan uang'. Aku diberi kemampuan menggambar oleh-Nya, kumanfaatkan, lalu aku dibayar. Aku pernah mengajar, Alhamdulillah seorang guru yang baik mempercayakan aku untuk mengajar meskipun belum ada ijazah S1 di tanganku sebagai syarat untuk mengajar kala itu, lalu dari sana aku mendapat gaji. Walau semua uang itu aku berikan pada mama, tetap saja (entah kenapa) mama tidak mau menerimanya. Mama bilang, "tabung saja" atau "simpan saja". Mama akan terima kalau sudah 'kupaksa'. Aku tahu takkan pernah sebanding semua gajiku untuk membalas jasa dan cinta kasih mama. Kubawa mama naik haji atau keliling dunia pun takkan sebanding, takkan berbayar. Tapi inilah yang ingin kuberikan. Cinta dan bakti. Aku berusaha. Bukankah kita semua sama sebagai anak? Pasti ingin menjadi yang terbaik bagi orangtua dan keluarga, juga bagi pendamping hidup kita dan anak-anak kita kelak.