Ketika aku kalang kabut mencari tempat shalat di dalam hijr ismail
 yang penuh sesak oleh manusia, seorang bapak yang asing berwajah timur 
tengah memanggilku untuk datang ke arahnya. Oh, beliau mempersilahkanku 
shalat di tempatnya. Memang sih beliau mengucapkan kata-kata dalam 
bahasa arab, jelas saja aku tak paham. Akan tetapi dari isyarat tangan 
alias bahasa tubuhnya aku bisa paham. Alhamdulillah. Hanya bisa bilang 
'syukran jazakallah' dengan senyum sumringah. Beliau pun tersenyum 
ramah, berucap "masya Allah" dan nampak takjub dengan apa yang 
kukatakan. "Eh ni anak tahu ucap makasih pakai bahasa arab juga yee.." 
begitu mungkin pikir si bapak. Sepertinya sih kalau sekedar kata-kata 
itu semua muslim juga bisa. Hehe :D
Kupikir aku akan shalat sendiri di situ, sementara mama agak jauh 
dari tempatku. Sempat merasa khawatir karena biasanya kami nempel kayak 
perangko. Ya sudahlah, rasa takut kutepis sembari berpikir mereka semua 
tetap saudaraku. Orang yang pernah memberikan gelas berisi air zam-zam 
secara tiba-tiba untuk aku minum, ia saudaraku. Akhwat berniqab yang 
memanggilku shalat Isya di sisinya saat aku tersesat dengan indah di 
dalam masjidil haram, ia saudariku. Ibu-ibu berniqab asal Pakistan yang 
menanyakan "adik sudah menikah?" dan mengajakku mengobrol panjang lebar,
 ia pun saudariku :D. Pemuda tampan bernama Sultan yang jadi resepsionis
 hotel tempatku menginap juga saudaraku..wah si abang Sultan apa kabar 
ya? :D #eeeh..sepertinya out of topic :p
Oke..