Dengan mimik wajah datar (karena mengira itu basa basi atau pertanyaan sekedarnya) hanya menjawab singkat sedatar ekspresi wajahku, "iya". Namun sejurus kemudian, ibu mengucapkan kalimat yang membuatku (mesti dan pasti) melambung tinggi, "Besok urus paspornya. Minggu depan berangkat, in syaa Allah."
Alhamdulillah ya Allah...
Sungguh bahagia tiada terkira.
Aku tidak berani menebak-nebak karena hal apa aku bisa dipanggil Allah menuju Baitullah, apakah ada kebaikan yang kulakukan sebelumnya atau apa. Atau ada amalan apa gitu yang diterima? Ih..kalau berpikir yang seperti itu rasa-rasanya kepedean. Aku sadar masih berbuat dosa dan khilaf, ilmu agama masih sedikit, seperti tidak akanada habisnya untuk dipelajari. Tak ada yang patut disombongkan, bukan? Hamba yang kecil dan masih sering buat salah ini.:(
Tapi entahlah.. Itulah mengapa, aku malas menebak-nebak. Jadinya serba salah.