Thursday, December 04, 2014

Jika dighibah dan difitnah?

"Jangan suka berkumpul dengan orang yang hobinya ngomongin orang lain. Karena sekali kamu nggak ikut ngumpul, kamu yang diomongin" (hihi..pesan dari dp bbm teman ^^)

**
Salah satu cara cerdas dalam menyikapi ghibah dan fitnah itu adalah dengan cara menambah kebaikan, memperluas jaringan silaturahim, memperbanyak porsi sedekah dan ambil wudhu dirikan shalat dua rakaat saja. Lalu berlama-lamalah di sana... :)

Kalau cara itu kurang pas, maka ada 3 renungan renyah untuk menyikapinya:

1. Jika ia membicarakanmu di depan maka jelaskanlah barangkali pemahamannya rendah makanya memilih makan bangkai busuk daripada daging yang halal.

Tuesday, December 02, 2014

Fiksimini : Menjadi Milikmu

"Hmm.. Aku tahu kau belum mahir memasak. Tapi jika melihatmu berusaha memasak untukku, seperti tadi, aku selalu senang.." sejenak kulihat senyummu, "meskipun tetap masakanku yang masih lebih enak, dinda.. Akui sajalah. Ya kan?" lanjutmu sambil tertawa menang.

Ya, itu katamu, setelah kupaksa kau memberikan pendapatmu tentang kegiatan masak-masak tadi. Sebal, tapi mengapa suka? Mungkin bukan sebal namanya. Wajah merajukku, membuatmu mengelus kepalaku kemudian. Aku selalu suka sikapmu itu. Saat aku terkekeh, kau menjepit hidungku dengan jari. Dasar kau...

Aku sedang teringat saat kau membantuku memasak di dapur, kanda. Begitu berantakan, tapi kita berhasil. Kikukku memegang alat dapur, memotong ayam dengan cara tak lazim menggunakan gunting (maklum kanda, pisaunya kurang tajam! Ah, alibiku saja..), membuatmu tersenyum kecil dan sigap menawarkan diri membantuku. Pria yang ulet. Tapi aku cukup lihai membersihkan sayur-sayuran dan menghilangkan akar tauge kan? Aku juga bisa menggoreng telur yang berbentuk hati sempurna. Maklumlah, memasak dengan penuh cinta bersama yang dicintai ya seperti itu..hehe. Namun sungguh aku malu dan sering salah tingkah, kau tahu itu, tapi tatapan lembutmu segera menenangkanku. Ah, bahkan mencuci perabot masakpun kau ingin kita kerjakan berdua. Padahal aku bisa sendiri lho, kanda. Rasanya aku begitu merepotkanmu, tapi entah mengapa ada rasa hangat di dada saat melakukan apapun denganmu, sekecil apapun itu. Kanda, terima kasih atas segalanya. Aku akan belajar, dan menjadi yang terbaik untukmu.

"Wah, puisi dinda bagus.." ucapmu tak jauh dari telingaku.

Monday, December 01, 2014

Belajar Jaga Jarak please!

Assalamu'alaikum warahmatullah.
Ada yang sedang makan jam segini? Temenin aku lah. Sekarang aku lagi makan Pempek khas Palembang, asli dari Palembang dikirimin sepupu 1 kotak besar. Abis hujan..dingin-dingin, goreng-goreng dan kukus Pempek trus disantap..Alhamdulillah~ ^^

Kali ini aku cuma mau sedikit (padahal banyak -___-") menumpahkan hmm apa ya..ketidaksukaan terhadap sikap sebagian laki-laki yang pernah kukenal. Kita berbicara di ranah sosial media saja. Dunia yang kalau digunakan tanpa otak, malah bisa lebih banyak mudharatnya, merasa sosmed menjadi dunia yang cukup aman untuk bertingkah seenaknya karena tidak bertemu langsung dengan lawan bicara, sikap diubah dan dibuat-buat, menjadi ambigu dan tidak bertanggungjawab.


Paraghraf di atas khusus bagi mereka yang bersosmed tanpa otak. Tidak bertanggungjawab. Tebar pesona, haus perhatian, ciri-ciri gagal eksis di dunia nyata. Yap..sebagian kaoum lelaki begitu. (Kaum wanita juga ada sih yang begitu..tinggal kitanya saja yang pintar-pintar untuk tidak meniru)
Masih banyak kok yang bersosmed dengan aman dan bertanggungjawab. Menjadi dirinya yang terbaik di sosmed sebagaimana dirinya di keseharian nyata. Mereka ini nih yang keren. Tidak perlu tebar pesona..karena pesonanya sudah memancar kemana-mana. :)