Friday, January 02, 2015

Bidadari Beransel

Sewaktu SMA, belajar di sekolah umum, belajarnya ikhtilat, belajar agama di sekolah cuma dua jam seminggu..tapi bukan berarti tidak ada bibit-bibit laki-laki shalih dan perempuan shalihah di sana. Meski pelajaran agama bukan prioritas seperti yang ada di sekolah khusus ilmu agama, tapi selama siswa itu sendiri mau, mereka bisa mencari ilmunya di organisasi dakwah sekolah dan banyak majelis ilmu luar sekolah yang sudah Allah siapkan.

Hidup itu pilihan... :)


"Hidayah itu seperti sinar matahari. Ia ada. Siap menyinari. Selalu menyinari. Hati kita saja yang cukup dibuka dengan ikhlas agar sinar Hidayah itu masuk dan membagi hangatnya.."

Di mataku sendiri, cukup banyak kutemui bidadari beransel di sekolah. Aku sedang mengingat salah satu kejadian kecil tapi bermakna. sewaktu hijabku masih labil (kadang cukup panjang, kadang kecil dan pantasnya cuma jadi dalaman kudung ~buatku sekarang~, besok-besok panjang lagi..hmm), tidak pernah sekalipun kurasakan ditegur kasar atau dicela oleh senior atau kawan muslimah yang hijabnya sudah syar'i saat tu. Dengan hijabku yang kecil, sadar tidak sadar ternyata rambutku menyembul keluar di belakang punggung. Seorang kakak berhijab lebar menepuk pelan punggungku sambil berkata dengan suara lembutnya "dek, rambutnya keluar..sini kurapikan..". Kami yang saat itu berada di tengah lapangan, langsung mencari sudut sekolah dimana tidak ada laki2 yang bisa melihat. Ia membantuku merapikan rambut dan hijabku.