"Nak, tidak ada orang yang jadi miskin karena ikhlas dan senang bersedekah dan menolong orang lain. Kalau ada rejeki, bantu saja. Walau tidak kenal, tolong saja apa yang kita bisa. Allah yang mengurus kita. Tidak perlu khawatir."
Bapak berpesan untuk tidak pernah pelit, tidak kikir. Dan memang itulah yang Bapak tunjukkan selama hidupnya.
Dan sepeninggal Bapak, tak pernah sekalipun kutemukan kalimat miring tentang Bapak. Dermawan, baik, amanah, jujur, dihormati, dekat dengan orang kecil dan para pegawai di kantor, hal-hal baik inilah yang sangat sering kudengar dari lisan orang-orang.
"Bapakmu itu..baik sekali. Cerdas, bertanggungjawab, pekerja keras, sederhana, dan disukai orang-orang," seorang staf Bapak memulai ceritanya di suatu hari, "Bapakmu itu berani berkata yang benar dan anti korupsi. Beliau tidak pernah mau terima barang dan uang yang tidak jelas sumbernya. Saat rekan-rekannya sudah gonta-ganti mobil, beliau tetap santai dengan kendaraan kijang tuanya, sampai bisa membeli mobil baru sendiri, padahal dulu selalu ditawari mobil mewah tapi selalu ditolaknya. Bapakmu sering bagi-bagi rejeki ke orang-orang. Sering bantu orang yang susah. Bapakmu pejabat miskin. Sering beliau bilang begitu tentang dirinya. Pejabat sederhana yang kaya hatinya, itulah yang kami lihat."
Dan dengan cerita itu, rasanya ada keinginan yang kuat sekali untuk menghambur dalam pelukan Bapak. Tapi apa daya, pelukan itu cuma bisa kukemas dalam doa.
Teringat masa dimana saat lebaran, bapak akan mengeluarkan berlembar-lembar uang dan memberikannya padaku. Lalu bapak bilang, "bagi-bagi ya Nak" sambil menunjuk orang-orang yang sudah mendekat meminta rejeki. Teringat jelas juga momen saat bapak dikelilingi banyak orang yang meminta-minta. Bapak bilang "sabar..sabar.." sambil sedikit tertawa. Itu momen saat aku masih SD. Masih jelas di ingatan.
Karakter baik Bapak ini menurun pada semua kakak laki-lakiku. Terutama anak nomor 2 dan 4. MasyaAllah. Dermawan benar.
Pernah kakakku berada di rumah makan, siap membayar di kasir. Di kasir ada orang yang lupa bawa dompet. Kakakku yang membayarkan, padahal tidak kenal. "Bapak gue banget", kataku dalam hati. Walau terlihat sering memberi, sepertinya rejekinya tak habis, selalu ada dan justru bertambah. Alhamdulillaah.
Allah menghadirkanku ke tengah orang-orang baik. Yang bisa menjadi teladan.
Iya ya Pak.. seperti pesan bapak dalam lisan dan tindakan.. memang benar bahwa rejeki tidak akan lari menjauh. Dijemput saja dengan bekerja yang benar, dengan doa yang hanya disandarkan pada Allah. Bantu sesama pun takkan membuat kita susah. Kalau ikhlas, Allah yang menjamin hidup kita. Jika pernah merasakan kesempitan yang teramat sangat, terasa Allah akan cepat membaikkan keadaan, pertolongan-Nya selalu datang.
Dan Bapak...lagi-lagi anakmu dilanda rindu. Anakmu ini belum sebaik itu. Ingin sebaik itu, semoga bisa ya Pak.
Sungguh. Anakmu rindu. Semoga Surga untuk Bapak yang sudah sangat sabar dan baik dalam menjaga, membesarkan, dan mendidik kami semua.
Salam sayang untuk Bapak.
- Emma
No comments:
Post a Comment
say what you need to say & be kind :)