Ramadhanku tahun ini hampir sama dengan ramadhan tahun lalu dalam hal ibadah puasa, shalat fardhu dan sunnah tarawih, yang menjadi hal rutin yang kulaksanakan selama ramadhan. Yang berbeda, ibadah-ibadah lainnya kukerjakan (kuusahakan) harus lebih maksimal dibanding tahun lalu. Dalam sebulan kemarin itu, tak satu kalipun kuinjakkan kakiku ke mall. Niat untuk membeli baju baru pun tidak ada. Hehe. Ketika mendapatkan rejeki uang, aku lebih bersemangat untuk menabung atau mengeluarkannya dalam bentuk sedekah. Bersedekah tentu melahirkan pahala dari Allah. Terlebih jika kita bersedekah di bulan ramadhan, bulan yang penuh keberkahan, pahala dari Allah tentu jadi berlipat ganda. Siapa yang mau menyia-nyiakan kesempatan baik ini?
Hari demi hari berlalu. Selama ramadhan itu pun aku mengurangi aktivitasku bertemu teman-teman, kecuali hanya beberapa teman saja, yang sudah hitungan tahun tak bertemu. Bukan karena sengaja tak ingin bertemu, tapi aku sempat sakit karena tanganku terkilir. Ada peradangan yang menyebabkanku demam berhari-hari. Maka, kukurangi aktivitasku keluar rumah. Dan lebih memilih menikmati aktivitas ibadah di rumah. Terlebih di waktu sepuluh akhir ramadhan. Acara reuni sekolah dan kampus yang dirangkaikan dengan buka puasa bersama tidak bisa kuhadiri. Aku aktif hanya di beberapa kegiatan saja, dimana aku memegang amanah sebagai penyelenggaran kegiatan. Hal yang bagiku menarik dan akan selalu kukenang.
Bersama teman-teman, aku tergabung dalam sebuah komunitas. Manjaddawajada namanya. Setiap Ramadhan tiba, kami akan melaksanakan agenda rutin khas Ramadhan, seperti berbagi takjil di jalanan atau berbuka puasa bersama. Ramadhan tahun ini Alhamdulillah kami mengadakan buka puasa bersama adik-adik dari panti asuhan. Perhatian kita pasti begitu berarti bagi mereka. Lagipula kasihan kalau ada harta tapi tidak disucikan dengan bersedekah dan berbagi (di jalan Allah). Kita pun tidak mesti kaya raya dulu baru bisa berbagi dan bersedeka. Berapa-berapa saja bisa. Apalagi kalau istiqomah. Yang sedikit tapi terus menerus lebih Allah cintai daripada yang banyak tapi cuma satu kali.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda bahwa barangsiapa yang mencintai anak yatim, maka dia dan diri Rasulullah seperti dua jari yang berdampingan. Dekat sekali.
Alhamdulillah kegiatan yang diselenggarakan di After Cafe jl. Sultan Alauddin ini berjalan lancar.
Nah..pengunjung yang datang ke kafe kan bisa siapa saja. Siapatahu (mudah-mudahan) setelah dari situ, orang yang tadinya cuma niat nongkrong minum kopi dan makan doang, jadi 'kenal' sama kajian Islam, kenal sama masjid, alias jadi tertarik untuk lebih sering shalat di masjid, mau ikut taklim, mau infaq, mau rajin-rajin menyantuni anak yatim dan kaum dhuafa. Atau orang yang tadinya merokok, jadi berhenti merokok karena tersentuh ceramah ustadz di kafe itu misalnya. Who knows. Kebaikan bisa ditularkan dimana saja. Dan siapapun bisa menerima Hidayah.
Dimanapun, yang penting Allah memberkahi dan menjaga niat kita dalam melakukan kebaikan tersebut. Mungkin ada yang tak sependapat? Tak apa. Saling menasehati dalam kebaikan saja. Saling bimbing. Maaf atas segala kekurangan.
Aku bahagia bisa berbagi bersama adik-adik dari panti asuhan. Mengajak mereka makan bersama di kafe yang mungkin (mungkin lho ya..) belum pernah merasakan makan-makan di kafe. Di hari itu pula, aku mencoba mengenakan cadar (bahasa lainnya: niqob). Saat datang ke kafe, aku hanya berjilbab biasa. Lalu temanku meminjamkan satu kain cadarnya yang nganggur. Kucoba pakai. Kainnya halus dan ringan, wajah dan hidungku tidak terganggu..tidak sulit bernafas..hehe.
Kami sedang melakukan persiapan untuk kajian Islam ba’da ashar, dengan pemateri Ustadz Brigpol Hilal (alumni Da’i Muda MNC TV dan AKSI Indosiar) saat rombongan adik-adik dari panti asuhan beserta pengurus panti asuhan datang dengan mobil carteran. Acara kajian Islam pun dimulai setelah kami shalat ashar berjamaah. Adik-adik dari panti begitu antusias. Mereka menyimak kajian dengan semangat. MasyaAllah..ada pula beberapa adik yang sudah memiliki banyak hafalan Quran. Kegiatan kajian Islam berjalan lancar, hingga adzan maghrib pun terdengar.
Es buah dan minuman pun dibagikan. Aku jadi bingung, dengan cadar yang menutupi wajah, bagaimana caraku untuk menghabiskan es buah ini? Mau membuka cadar pun rasanya canggung. Padahal aslinya aku belum bercadar. Teman-teman sudah melahap es buahnya, sedang aku masih berkutat dengan sesuap demi sesuap, penuh kehati-hatian, takut air es buahnya mengenai cadar. Ternyata kuhabiskan 15 menit waktu hanya untuk melahap es buah. Haha. Aku menjadi jamaah berikutnya setelah semua orang selesai shalat maghrib berjamaah.
Makanan berikutnya pun dibagikan. Nasi kotak dengan menu ayam goreng kecap. Kalau untuk memakan es buah saja butuh 15 menit, bagaimana dengan nasi kotak ini? Aku tertawa sendiri. Tidak mungkin kulepaskan cadar ini begitu saja. Ada laki-laki di tempat itu. Apa kata adik-adik panti yang pertama kali melihatku bercadar bila tiba-tiba kubuka cadarku saat makan? Takutnya..mereka akan berpikir bahwa orang yang bercadar itu boleh ‘buka tutup’ cadar sembarangan. Orang bisa salah paham. Jadi kuputuskan menuju musholah, makan sendirian saja. Rupanya ada dua teman di sana yang juga sedang makan. Mereka asli bercadar. Ah, Alhamdulillah tidak sendirian. Hehe.
Jadi kapan aku bercadar? Wallahua'lam. Hehe
Mohon doanya saja ya :)
Kegiatan berjalan dengan lancar sampai akhir. Termasuk saat pembagian THR untuk adik-adik panti asuhan. Mereka berjalan beriringan menyalami kami dan berpamitan pulang. MasyaAllah. Senyum ceria mereka tidak akan pernah kulupakan.
Semoga seluruh kegiatan Allah berkahi. Tidak hanya di satu kegiatan itu, melainkan di keseluruhan aktivitas kita semua selama ramadhan. Dan semoga kita semua bisa bertemu lagi dengan ramadhan berikutnya bersama orang-orang yang kita cintai. Aamiin aamiin ya Allah.
#catatanrahmah
Rahmah Alhasnah | @emmakizora
**
No comments:
Post a Comment
say what you need to say & be kind :)