Assalamu'alaikum..
Yuhuuu~ INILAH postingan pertama di tahun 2011! :P
Sebenarnya ada hal lain yang ingin kutulis sebagai pembuka postingan tahun 2011 di sini, hanya saja buku yang menumpuk dan film-film 'baru' membuatku urung menuliskannya. Dan ternyata beberapa hari yang lalu aku 'menemukan' kisah yang cukup sering membuatku terkekeh di setiap paraghrafnya. Temanku menyodorkan kisah ini untuk kubaca dilaptopnya. Kisah yang ditulis di note fesbuk milik temannya, berjudul "Lamaranmu Kutolak!". Entah ini kisah milik siapa, karena yang tercantum di bawah adalah "dari berbagai sumber". Sepertinya kisah ini udah lama ada, dan udah tersebar di banyak note fesbuk orang lain. Tapi, gak ada salahnya posting kembali di sini, sebagai 'pembelajaran'..hehee. Hm, awalnya kukira kisahnya sedih, ternyata kebalikan dari itu. Hahaa
Nah, tanpa membuang waktu lagi, yuk mariii kita baca sama2..:D
********
LAMARANMU KUTOLAK!
Mereka, lelaki dan perempuan yang begitu berkomitmen dengan agamanya. Melalui ta’aruf yang singkat dan hikmat, mereka memutuskan untuk melanjutkannya menuju khitbah.
Sang lelaki, sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain: ayah sang perempuan.
Dan ini, tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran semasa aktivitasnya di kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah berbeda. Sang perempuan, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka menggenapkan agamanya. Maka, di suatu pagi, di sebuah rumah, di sebuah ruang tamu, seorang lelaki muda menghadapi seorang lelaki setengah baya, untuk ‘merebut’ sang perempuan muda, dari sisinya.
“Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?” tanya sang setengah baya.
“Iya, Pak,” jawab sang muda.
“Engkau telah mengenalnya dalam-dalam? ” tanya sang setengah baya sambil menunjuk si perempuan.
“Ya Pak, sangat mengenalnya, ” jawab sang muda, mencoba meyakinkan.
“Lamaranmu kutolak. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu!” balas sang setengah baya.
Si pemuda tergagap, “Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu.”
“Lamaranmu kutolak. Itu serasa ‘membeli kucing dalam karung’ kan, aku tak mau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya. Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa?” balas sang setengah baya, keras.
Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang lelaki muda.
Bisiknya, “Ayah, dia dulu aktivis lho.”
“Kamu dulu aktivis ya?” tanya sang setengah baya.
“Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti Orba di Kampus,” jawab sang muda, percaya diri.
“Lamaranmu kutolak. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo rumahku ini kan?”
“Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat.”
“Lamaranmu kutolak. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok mau ngatur keluargamu?”
Sang perempuan membisik lagi, membantu, “Ayah, dia pinter lho.”
“Kamu lulusan mana?”
“Saya lulusan Teknik Elektro UGM Pak. UGM itu salah satu kampus terbaik di Indonesia lho Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kamu sedang menghina saya yang cuma lulusan STM ini tho? Menganggap saya bodoh kan?”
“Enggak kok Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat Pak. Lulusnya saja tujuh tahun, IPnya juga cuma dua koma Pak.”
“Lha lamaranmu ya kutolak. Kamu saja bego gitu gimana bisa mendidik anak-anakmu kelak?”
Bisikan itu datang lagi, “Ayah dia sudah bekerja lho.”
“Jadi kamu sudah bekerja?”
“Iya Pak. Saya bekerja sebagai marketing. Keliling Jawa dan Sumatera jualan produk saya Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu.”
“Anu kok Pak. Kelilingnya jarang-jarang. Wong produknya saja nggak terlalu laku.”
“Lamaranmu tetap kutolak. Lha kamu mau kasih makan apa keluargamu, kalau kerja saja nggak becus begitu?”
Bisikan kembali, “Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya.”
“Rencananya maharmu apa?”
“Seperangkat alat shalat Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kami sudah punya banyak. Maaf.”
“Tapi saya siapkan juga emas seratus gram dan uang limapuluh juta Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kau pikir aku itu matre, dan menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku.”
Bisikan, “Dia jago IT lho Pak”
“Kamu bisa apa itu, internet?”
“Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho Pak saya nge-net.”
“Lamaranmu kutolak. Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata.”
“Tapi saya ngenet cuma ngecek imel saja kok Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Jadi kamu nggak ngerti Blog, Twitter, Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu.”
Bisikan, “Tapi Ayah…”
“Kamu kesini tadi naik apa?”
“Mobil Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kamu mau pamer tho kalau kamu kaya. Itu namanya Riya’. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik.”
“Anu saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak. Saya nggak bisa nyetir”
“Lamaranmu kutolak. Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir?”
Bisikan, “Ayahh..”
“Kamu merasa ganteng ya?”
“Nggak Pak. Biasa saja kok”
“Lamaranmu kutolak. Mbok kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang cantik ini.”
“Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kamu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh!”
Sang perempuan kini berkaca-kaca, “Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?”
Sang setengah baya menatap wajah sang anak, dan berganti menatap sang muda yang sudah menyerah pasrah.
“Nak, apa adakah yang engkau hapal dari Al Qur’an dan Hadits?”
Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga. Pun pada pokok soal ini ia menyerah, jawabnya, “Pak, dari tiga puluh juz saya cuma hapal juz ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek saja. Hadits-pun cuma dari Arba’in yang terpendek pula.”
Sang setengah baya tersenyum, “Lamaranmu kuterima anak muda. Itu cukup. Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih tertatih.”
Mata sang muda pun ikut berkaca-kaca.
SELESAI
********
Nah, udah baca kan?
Syukurlah karena kisahnya berakhir bahagia alias happy ending! Kisah lamaran yang begitu rumit karena 'ulah' sang calon mertua ini cukup menginspirasi dan jalan ceritanya 'masuk diakal' (hahaa) dan pesannya dapet banget! Apalagi bagi pemuda. Lewat kisah di atas, mereka diajarkan jadi pemuda tahan banting alias kuat mental jika dihadapkan pada situasi sama seperti di atas! hehe :D
Akhir-akhir ini aku lumayan sering mendapat pembicaraan tentang topik 'pernikahan' dan sejenisnya ini. Kenapa yah? Apa karena udah waktunya? Maksudku, karena "sudah bukan anak2 lagi" alias anak sekolahan?! hahaa.. Kemarin saja, salah satu grup yang kumasuki gencar membicarakan tentang pernikahan, lamaran, khitbah, jodoh, dan hal2 yang berhubungan dengannya. Nampaknya seharian itu 'trending topic'nya memang masalah nikah itu. Aku yang tidak begitu tahu tentang nikah (karena masih single dan masih kuliah semester 5~ ih..masih jauh..hehe ^__^a), hanya bisa nyimak sekalian ambil 'ilmu positif'. Sesekali juga ikut menimpali. Kadang pembicaraan bisa OOT alias Out Of Topic. Tapi tetap seru lah! OOTnya itu bisa sedikit mewarnai pembicaraan yang tadinya serius! hahaa
Nikah..nikah..
itu hal yang sudah tidak tabu lagi untuk diperbincangkan di masa kuliah. Padahal waktu SMA dulu, topik yang ngetrend itu paling seputar universitas favorit dan jurusan mana yang akan dipilih. Mundur ke jaman SMP, yang sering dibicarakan itu misalnya seputar seragam putih-abu abu yang sudah tidak sabar dikenakan. Berasa "dewasa dan keren" aja kalo pakai putih-abu abu (ngeeeek~ santai donk! biasa aja kaleee! :p). Mundur lagi ke jaman SD..aiih..jamannya belajar sambil main! Masih jamannya main karet, congklak, nonton Cardcaptor Sakura, ikut ekskul Pramuka, nulis diary, koleksi kertas binder cantik yang penuh dengan biodata teman...hahaa. Beda sekali dengan masa2 kuliah kayak sekarang. Mulai mikirin masa depan. Mandiri, nuntut ilmu sampai ke negeri Cina, nyari pekerjaan yang cocok, lalu nikah dan berkeluarga..?? Ckckckk..baru nyadar kalo udah tua~ kemarin masih merasa anak ABG sih..hahaa (orang tua yang labil..) ;D
Kok jadi laro kemana2 ini...?
Balik ke kisah di atas!!
Alhamdulillah...pemuda tadi bisa melewati 1 hari proses lamaran dengan sang mertua. Ternyata datang melamar itu tidak mudah! Lamaran yang berliku-liku seperti di atas bisa saja menyebabkan kelumpuhan syaraf, bibir pecah-pecah, sariawan hingga menjadi gagap, mual, panas-dingin, keringetan, pucat, sulit bernafas seakan oksigen lari menjauh, pusing, malu yang berkesinambungan, kaki gemetar, meriang tiba-tiba, jantung serasa disayat-sayat...STOP!! (ng, terlalu berlebihan itu nda baek -__-a)
MasyaAllah...Hanya orang2 yang mengingat Allah SWT. di dalam hatinya yang mampu melalui semua itu dengan ikhlas dan TABAH, seperti pemuda di atas. Semoga..hehe
MasyaAllah...Hanya orang2 yang mengingat Allah SWT. di dalam hatinya yang mampu melalui semua itu dengan ikhlas dan TABAH, seperti pemuda di atas. Semoga..hehe
Yah..moga kisah pejantan tangguh di atas bisa bermanfaat untuk kita semua. Aamiin
Saatnya kembali menekuni 7 buku baru yang belum kubaca..TT__TT Jyaaa ne~
Wassalamu'alaikum warahmatullah..
hi, ive followed yours. hope you follow me back. :)
ReplyDeleteehmmm, bagus banget, paling kusuka pas nabilang si pria "dari 30 juz dalam Al-Qur'an hanya juz 30 puluh yang kuhapal....".. owwww, mengharukan. tp sekkenya babenya
ReplyDelete@Aqilah Ramli : how can i follow ur blog? please, tell me.. :)
ReplyDelete@Hima-ran : iyah..saya juga suka jawaban akhirnya. Alhamdulillah, berhasil.. hehe :D