Tak pernah aku tahu kapan tepatnya. Aku yang bisa dilihat dari isi blog sejak tahun 2005 sampai memasuki masa-masa kuliah, selayaknya anak perempuan pada umumnya. Anak perempuan yang mengalami masa-masa 'umum' ketika berseragam sekolah. Anak perempuan ceria yang saat itu senang-senangnya bermain, menonton film dan membaca komik sesuka hati, tak susah-susah menghafal lirik lagu terutama lirik lagu anime, membuat dan menulis blog yang saat itu belum kutahu pasti untuk apa dan akan menjadi apa nantinya. Sekarang menjadi yah perempuan yang sedikit berbeda. Bukan merasa diri lebih baik dari orang lain. Bukan. Akan tetapi merasa ada perubahan yang telah Allah limpahkan kepada diri yang kecil ini. Lewat pertemuan-pertemuan, kejadian-kejadian, apa saja. Dibanding dulu, ada yang berubah.
Aku berharap, Allah menyaksikan itu sebagai sebuah perubahan ke arah yang jauh lebih baik. Semoga...
Mungkin ada teman yang membaca blog ini, membandingkan apa yang kutuangkan di 'jaman dulu' dengan apa yang akhir-akhir ini aku tuangkan, ada perbedaan. Maka, maafkanlah diri ini jika ada teman yang kurang berkenan dengan tulisanku dulu. Dan maafkanlah jika ada teman-teman yang justru merindukan postingan-postingan jenis di jaman dulu tapi belum juga kuhadirkan. Dan mohon maafkanlah jika justru postingan terbaru lah yang tak mengenakkan hati teman-teman. Mohon keikhlasan untuk memaafkan...
Maafkan, jika blog ini belumlah ada apa-apanya...
Aku akan menulis kembali, hal-hal duniawi namun sedikit dipermanis dengan kemasan yang baru. Wah..pakai gula maksudnya? Entah bagaimana. Utamanya hal-hal non-duniawi. Ooh..apakah itu? Sepertinya 'berat' sekali. Tidak, santai saja. Aku mencoba berbagi, mungkin sebuah review buku atau movie, atau postingan canda lainnya, copasan kisah hikmah, sebuah perenungan pribadi, atau kisah yang pernah kujalani sendiri.
Aku suka yang kutulis dulu. Musik, gambar, permainan, lagu? Hal-hal duniawi yang umum. Bedanya, hanya tidak sefanatik dulu saja.
Ini menurutku, sebab ada hal yang jauh lebih urgen untuk disampaikan, untuk aku torehkan agar terus kuingat dan kubaca, untuk menyampaikannya kepada siapapun yang membaca.
Terlalu banyak yang terjadi dalam hidup. Peristiwa-peristiwa yang dilalui, yang tahu-tahu membuat kita menjadi sosok diri kita yang sekarang. Namun, jika ditanya kapan tepatnya terjadi perubahan-perubahan itu, aku tak bisa menjawabnya dengan pasti.
Mengalir begitu saja. Diiringi canda tawa dan duka lara. Sesuai skenario-Nya...
Mungkin itulah sebuah perjalanan Hijrah.
Dalam hidup, aku pribadi merasa, sepertinya ada hal yang membuatku menyesal mengapa dulu hal tersebut kulakukan. Di awal-awal kejadian itu, pekerjaanku hanya meratapi. Memikirkan "kenapa". Namun, karena pertolongan-Nya juga, masa kebangkitan itu datang, hingga penyesalan itu tidak membuatku tenggelam, larut dan diam. Lalu aku bersyukur. Aku berusaha mencari dan memahami bahwa ada hikmah dibalik semua hal buruk yang kusesali itu. Dengan hikmah itu, in syaa Allah bisa kuambil pelajaran agar tidak mengulangi hal yang bisa membuatku kembali menyesal.
Diri yang lalai ini, tak ingin membuang-buang waktu. Menghabiskannya dengan segala perkara duniawi yang entah lebih banyak mudharat atau manfaatnya di mata Allah. Entah sudah berapa banyak kesalahan dan dosa yang tercatat. Jauh di lubuk hati, aku terus memohon dan berharap agar kebaikan yang berusaha dilakukan mampu menghapuskan segala dosa dan keburukan pada masa yang telah lalu.
Aku sadar, waktu itu bagai pedang, yang bisa memotong apa saja yang dilaluinya. Waktu menjadi begitu penting hingga tercantum di dalam kalam-kalam ilahi yang suci. Tak ingin mengacuhkannya lagi. Seharusnya aku lebih sadar, bertambahnya usiaku menjadi sinyal-sinyal akan waktu-waktu yang telah kulalui dan sisa-sisa waktu
Hijrah... lebih baik, dan memang sepantasnya aku berhijrah.
Sepertinya itu telah terjadi, atau tepatnya sedang terjadi....
Begitu banyak hal yang masih menjadi PR untuk segera diselesaikan.
Begitu banyak hal yang masih perlu dipelajari.
Dunia yang luas inilah sebagai tempat kita bertarbiyah. Maka gunakanlah wasilah ini, wahai diri! Genggam dunia di tangan, dengan hati yang terisi akan akhirat!
Tak ingin lagi menyia-nyiakan waktu.
Tak ingin lagi. Dan semoga Allah menolongku dalam menjalani sisa-sisa hidup. Allah mendekatkanku kepada hal-hal yang in syaa Allah diridhai-Nya, dan aku tidak ingin menjauh. Sungguh tidak ingin. Meskipun perjalanan hijrah ini belumlah usai, mungkin masih panjang membentang jalannya, tapi aku ingin menetap pada jalan yang lebih baik yang sudah ditunjukkan-Nya kepadaku. Kadang aku 'ngambek', mengapa Allah terlambat? (rasa-rasanya). Jika membandingkan mereka, teman-teman di luar sana yang telah lebih dulu diberi-Nya kenikmatan mempelajari ilmu dalam naungan hidayah. Ah, diri ini... Bersyukurlah! Allah tetap menunjukkan, bukan? Semoga aku benar. Dibandingkan yang belum beruntung dan masih sibuk bermain sementara waktu mereka tetap sama akan semakin menipis...
Ah.. Astaghfirullah...
Sudahlah...
Aku ingin tetap menulis. Menunjukkan banyak hal dengan tulisan-tulisan. Bekerja untuk keabadian. Ingin menulis, dengan nada-nada indah symponi Syurga. Ingin dan akan tetap menulis, terlebih jika bibirku kelu untuk melontarkan sebait rindu.
Menyampaikan gagasan, menyampaikan canda, menyampaikan duuh maaf jika ada kegalauan..entahlah.., menyampaikan kebenaran ayat-Nya setahu dan semampu diri yang faqir ilmu ini, atau menyampaikan kebaikan. Hal-hal duniawi atau hal-hal yang berhubungan dengan akhirat. Semua porsinya harus proporsional. Diusahakan. Berbagi kepada siapa saja. Apa saja, yang diridhai-Nya. In syaa Allah.
Kemudian aku tersadar. Ini sudah sampai mana? keluar tema kah? Semoga tidak.
Kemudian aku tersadar lagi. Sepertinya aku tidaklah puitis dalam meramu sebuah tulisan.
Tak apalah. Maafkan. Aku memang belum sehebat para sastrawan dalam menuangkan isi hati dan pikiran. Selama yang membaca bisa mengerti, aku sudah sangat mensyukurinya.. :)
Lalu kali ini benar-benar tersadar...
waktu qiyamullail semakin menipis.
salam,
rahmah/emma
Mungkin ada teman yang membaca blog ini, membandingkan apa yang kutuangkan di 'jaman dulu' dengan apa yang akhir-akhir ini aku tuangkan, ada perbedaan. Maka, maafkanlah diri ini jika ada teman yang kurang berkenan dengan tulisanku dulu. Dan maafkanlah jika ada teman-teman yang justru merindukan postingan-postingan jenis di jaman dulu tapi belum juga kuhadirkan. Dan mohon maafkanlah jika justru postingan terbaru lah yang tak mengenakkan hati teman-teman. Mohon keikhlasan untuk memaafkan...
Maafkan, jika blog ini belumlah ada apa-apanya...
Aku akan menulis kembali, hal-hal duniawi namun sedikit dipermanis dengan kemasan yang baru. Wah..pakai gula maksudnya? Entah bagaimana. Utamanya hal-hal non-duniawi. Ooh..apakah itu? Sepertinya 'berat' sekali. Tidak, santai saja. Aku mencoba berbagi, mungkin sebuah review buku atau movie, atau postingan canda lainnya, copasan kisah hikmah, sebuah perenungan pribadi, atau kisah yang pernah kujalani sendiri.
Aku suka yang kutulis dulu. Musik, gambar, permainan, lagu? Hal-hal duniawi yang umum. Bedanya, hanya tidak sefanatik dulu saja.
Ini menurutku, sebab ada hal yang jauh lebih urgen untuk disampaikan, untuk aku torehkan agar terus kuingat dan kubaca, untuk menyampaikannya kepada siapapun yang membaca.
Terlalu banyak yang terjadi dalam hidup. Peristiwa-peristiwa yang dilalui, yang tahu-tahu membuat kita menjadi sosok diri kita yang sekarang. Namun, jika ditanya kapan tepatnya terjadi perubahan-perubahan itu, aku tak bisa menjawabnya dengan pasti.
Mengalir begitu saja. Diiringi canda tawa dan duka lara. Sesuai skenario-Nya...
Mungkin itulah sebuah perjalanan Hijrah.
Dalam hidup, aku pribadi merasa, sepertinya ada hal yang membuatku menyesal mengapa dulu hal tersebut kulakukan. Di awal-awal kejadian itu, pekerjaanku hanya meratapi. Memikirkan "kenapa". Namun, karena pertolongan-Nya juga, masa kebangkitan itu datang, hingga penyesalan itu tidak membuatku tenggelam, larut dan diam. Lalu aku bersyukur. Aku berusaha mencari dan memahami bahwa ada hikmah dibalik semua hal buruk yang kusesali itu. Dengan hikmah itu, in syaa Allah bisa kuambil pelajaran agar tidak mengulangi hal yang bisa membuatku kembali menyesal.
Diri yang lalai ini, tak ingin membuang-buang waktu. Menghabiskannya dengan segala perkara duniawi yang entah lebih banyak mudharat atau manfaatnya di mata Allah. Entah sudah berapa banyak kesalahan dan dosa yang tercatat. Jauh di lubuk hati, aku terus memohon dan berharap agar kebaikan yang berusaha dilakukan mampu menghapuskan segala dosa dan keburukan pada masa yang telah lalu.
Aku sadar, waktu itu bagai pedang, yang bisa memotong apa saja yang dilaluinya. Waktu menjadi begitu penting hingga tercantum di dalam kalam-kalam ilahi yang suci. Tak ingin mengacuhkannya lagi. Seharusnya aku lebih sadar, bertambahnya usiaku menjadi sinyal-sinyal akan waktu-waktu yang telah kulalui dan sisa-sisa waktu
Hijrah... lebih baik, dan memang sepantasnya aku berhijrah.
Sepertinya itu telah terjadi, atau tepatnya sedang terjadi....
Kita pikir kita tahu, ternyata tidak.
Kita pikir kita tidak paham, ternyata iya.
Kita pikir kita melihat, ternyata belum.
Kita pikir kita mendengar, ternyata setengah.
Kita pikir kita mengerti, ternyata ilusi.
Kita pikir kita tidak paham, ternyata iya.
Kita pikir kita melihat, ternyata belum.
Kita pikir kita mendengar, ternyata setengah.
Kita pikir kita mengerti, ternyata ilusi.
Begitu banyak hal yang masih menjadi PR untuk segera diselesaikan.
Begitu banyak hal yang masih perlu dipelajari.
Dunia yang luas inilah sebagai tempat kita bertarbiyah. Maka gunakanlah wasilah ini, wahai diri! Genggam dunia di tangan, dengan hati yang terisi akan akhirat!
Tak ingin lagi menyia-nyiakan waktu.
Tak ingin lagi. Dan semoga Allah menolongku dalam menjalani sisa-sisa hidup. Allah mendekatkanku kepada hal-hal yang in syaa Allah diridhai-Nya, dan aku tidak ingin menjauh. Sungguh tidak ingin. Meskipun perjalanan hijrah ini belumlah usai, mungkin masih panjang membentang jalannya, tapi aku ingin menetap pada jalan yang lebih baik yang sudah ditunjukkan-Nya kepadaku. Kadang aku 'ngambek', mengapa Allah terlambat? (rasa-rasanya). Jika membandingkan mereka, teman-teman di luar sana yang telah lebih dulu diberi-Nya kenikmatan mempelajari ilmu dalam naungan hidayah. Ah, diri ini... Bersyukurlah! Allah tetap menunjukkan, bukan? Semoga aku benar. Dibandingkan yang belum beruntung dan masih sibuk bermain sementara waktu mereka tetap sama akan semakin menipis...
Ah.. Astaghfirullah...
Sudahlah...
Aku ingin tetap menulis. Menunjukkan banyak hal dengan tulisan-tulisan. Bekerja untuk keabadian. Ingin menulis, dengan nada-nada indah symponi Syurga. Ingin dan akan tetap menulis, terlebih jika bibirku kelu untuk melontarkan sebait rindu.
Menyampaikan gagasan, menyampaikan canda, menyampaikan duuh maaf jika ada kegalauan..entahlah.., menyampaikan kebenaran ayat-Nya setahu dan semampu diri yang faqir ilmu ini, atau menyampaikan kebaikan. Hal-hal duniawi atau hal-hal yang berhubungan dengan akhirat. Semua porsinya harus proporsional. Diusahakan. Berbagi kepada siapa saja. Apa saja, yang diridhai-Nya. In syaa Allah.
Kemudian aku tersadar. Ini sudah sampai mana? keluar tema kah? Semoga tidak.
Kemudian aku tersadar lagi. Sepertinya aku tidaklah puitis dalam meramu sebuah tulisan.
Tak apalah. Maafkan. Aku memang belum sehebat para sastrawan dalam menuangkan isi hati dan pikiran. Selama yang membaca bisa mengerti, aku sudah sangat mensyukurinya.. :)
Lalu kali ini benar-benar tersadar...
waktu qiyamullail semakin menipis.
salam,
rahmah/emma
No comments:
Post a Comment
say what you need to say & be kind :)