Tuesday, September 23, 2014

Dia yang tak pernah lupa..

Masjid ini tak ada hijabnya, maka aktivitas jamaah pria dan wanita di lantai atas bisa terlihat dengan leluasa. Kecuali jika jamaah sedang membludak, maka jamaah wanta akan diarahkan ke lantai bawah dan jamaah pria tetap di lantai atas (salah satu sisi lantai atas yang kumaksud adalah seperti di foto ini).


Kujatuhkan pandangan ke arah depan dengan pikiran yang lepas. Pria berkaos cokelat lusuh dengan celana panjang hitam yang sedari tadi duduk di antara jamaah pria bangkit berdiri. Kedua lengannya tertekuk, seperti membentuk huruf V, kaku, dan punggung tangannya seperti lemas terjatuh. Ia berjalan gontai menuju shaf belakang dengan kaki yang tak sempurna pula bentuknya. Pelan, tertatih, memegang tas selempangnya dengan tangan yang tertekuk kaku. Lelaki itu duduk kembali di shaf belakang, menengadahkan tangan berusaha ke depan tapi hanya bisa terangkat melebar ke samping. Ia sapu wajahnya kemudian. "Pasti ia baru saja berdo'a", batinku.

Jamaah lain yang melaluinya menyalami dirinya. Tak lupa ia infaqkan harta ke dalam kotak amal berwarna hijau yang diedarkan jamaah bocah lelaki yang lewat di depannya. Hatiku bilang, sepertinya sudah biasa ia berinfaq seperti itu. Dia insyaa Allah ahli infaq..ahli sedekah. Lelaki itu juga pasti selalu datang ke masjid untuk shalat berjamaah. Entah.. aku tak mengenalnya. Wajahnya pun tak terlihat jelas karena jarak kami yang jauh, masjid ini terlalu luas. Namun tak ada pikiran buruk apapun di otakku dan tak ada perasaan jelek di hatiku untuknya. Semoga Allah menambahkan dan melancarkan rezekinya..menaikhajikannya..mengganjarnya Syurga..aamiin aamiin..

Melihatnya membuat aku malu pada diri sendiri. Betapa dalam kondisi fisik yang Alhamdulillah baik dan dalam keadaan sehat, terkadang tidak shalat tepat waktu. Prokrastinasi dan ini pembodohan diri. Meminta yang disukai segera dikabulkan, tapi lambat menyegerakan yang Allah suka, melaksanakan perintah Allah. Astaghfirullah.. Padahal Allah cinta pada hamba-Nya yang bersegera menuju-Nya terlebih dalam keadaan rindu, ketika kumandang adzan terdengar dari corong-corong menara rumah-Nya. Jika aku pria, dan tidak jua mau shalat berjamaah di masjid tanpa udzur syar'i, pasti lebih nusuk rasanya, ya..jika aku masih punya iman. "Sakitnya tuh di sini.." sambil menunjuk dada.

Pelajaran berharga dari Allahku. Masyaa Allah. Tidak mampu menulis apa-apa lagi. Hatiku tak sabar, ingin sibuk berdialog dengan-Nya.

Bagaimana denganmu?

Apa kata hatimu?

Semoga Allah dekatkan kita terus dengan Rahmat dan Hidayah, dan memampukan kita beribadah dengan khusyuk dan penuh cinta kepada-Nya.. merasakan manisnya bertemu Allah dalam tiap ibadah, merasakan nikmatnya menyentuhkan kening ke lantai karena Allah. Aamiin Allahumma aamiin.

- Rahmah Alhasnah

No comments:

Post a Comment

say what you need to say & be kind :)