Perbaikan akhlak atau penampilan yang mendatangkan ridho Allah, dimanakah letak kekeliruannya? Bukankah justru berkah hidup kita jika perubahan kita ke arah yang baik itu ternyata Allah sukai?
Dulu
kita menggunakan hijab yang berkain tipis dan berukuran kecil, kini kita
belajar untuk lebih melonggarkan hijab karena faedahnya lebih banyak. Dimanakah
salahnya? Kita yang terlindungi dari sorotan mata ajnabi, ingin istiqomah
setidaknya dalam menjaga aurat kita. Dimanakah salahnya?
Ah..mungkinkah salahnya adalah pada akhlak dan tingkah laku kita sebagai muslimah berhijab? Astaghfirullah. Kita luput melihatnya, maka Allah hadirkan mata orang lain agar kita menyadari apa saja yang harus kita perbaiki setelah kita berhijab dengan baik.
Daripada
kita bersedih karena pedasnya nasehat yang datang, bukankah lebih baik kita
bersyukur karena masih ada orang yang mempedulikan dan menyayangi?
Itulah
mengapa disampaikan kepada manusia, "saling mengingatkanlah kepada
kebaikan dan kesabaran". Termaktub dalam Al-Qur'an. Karena selama nafas masih
ada, kita bisa saja berbuat salah. Dan manusia tidak mesti menjadi yang paling
sempurna untuk memberikan nasehat kepada manusia lain. Jika harus menunggu
orang yang suci dari dosa yang harus menasehati, siapa lagi yang bisa?
Tak
perlu cemaskan omongan miring. Jika benar celaan itu, segeralah berbenah diri.
Jika celaan itu salah, tetaplah berbenah dan tersenyumlah. Ia hanya tidak tahu
bagaimana cara menunjukkan betapa ia mempedulikan kita.
Jika
kita mau berpikir tenang, kita bisa membedakan mana kritikan yang hanya datang
dari hati yang dengki, yang hanya ingin menjatuhkan..dan mana yang murni
nasehat karena kasih sayang. Nasehat bahkan kritikan dari manusia itu adalah
tanda dari Allah agar kita memperbaiki diri lebih baik lagi..dan lebih baik
lagi.
Alhamdulillaah.
"Terima
kasih..
Dari
matamu, aku belajar"
-
Rahmah al hasnah. 22 Juli 2015.
No comments:
Post a Comment
say what you need to say & be kind :)