Afwan..maaf..punten..tabe' kasiang..
Ketika ada saudari kita yang memutuskan menutup auratnya, kuatkan ia jika kita bisa. Biarlah dia pakai. Izinkan dia pakai. Berikan ia senyuman. Dia hanya berjilbab lebar, bukan melakukan maksiat. Dia tersentuh melihat saudarinya sudah menutup aurat. Dia ingin. Dia tertarik. Bisa saja diam-diam ia membuka buku-buku agama yang bahasannya ringan untuk ia baca "ooh..ternyata menutup aurat itu wajib ya dalam Islam..walau akhlak kita belum baik".
Selama itu baik, kenapa terus-terusan dikritik pedas? Dari ikut trend, bisa saja kelak dia berjilbab lillahi ta'ala. 😊
Kita (Ya. KITA) bukankah kita mengiba pada Allah..menangis siang malam dalam doa agar diberi hidayah, diampuni dosanya, dipahamkan ilmu agama, dikuatkan belajar dan bisa istiqomah. Pada diri sendiri kita sebegitu baiknya berprasangka. Lalu...mengapa kepada orang lain kita terus-terusan berburuk sangka?
"Ih..si Mawar..berjilbab udah kayak artis-artis tuh"
"Lihat deh kerudung barunya Melati..pasti mahal. Biasalah..cuma mau gaya-gayaan.."
"Anggrek sekarang berjilbab pasti karena ikut trend saja. Padahal kan harusnya berjilbab karena Allah ya.."
Mengapa orang lain tak boleh berharap menjadi lebih baik? Adil kah kita? Lembut pada diri sendiri, memaklumi diri sendiri, tetapi subhanallah... kerasnya pada orang lain.
Fenomena jilbab karena trend.
Fenomena akhwat narsis dengan pakaian syar'i.
Kemana kelembutan hati kita saat mengkritisi itu? Mana solusinya?
Kemana doa-doa kebaikan kita yang seharusnya jauh lebih banyak dibanding kritikan dan sindiran pedas itu?
Izinkan saudari kita berjilbab.. walau niatnya (mungkin) karena ikut trend, setidaknya ia bisa lebih terjaga dengan aurat yang tertutup dengan baik. Biarlah isi hati dan niatnya menjadi tanggungjawabnya kepada Allah. Jangan runtuhkan semangatnya belajar mengenal pakaian longgar dan kerudung lebar. Jangan patahkan semangatnya berjilbab hanya karena ia masih awam dan kita (hiks hiks→) merasa sudah shalihah dan lebih paham ilmu agama (?). Paham yang bagaimana? Paham kalau berjilbab itu haruslah karena Allah, tapi tidak paham kalau Allah bisa memberi hidayah pada siapa saja yang Allah kehendaki?
Istighfar dulu....
Tanyakan kepada hati, mengapa ia menjadi keras setelah belajar ilmu agama? Menjadi sombong? Menjadi ujub? Tenang saja, bagaimanapun baik buruknya.. malaikat sudah tahu isi hati kita.
Izinkan saudari kita menjemput hidayah yang bisa datang dari arah mana saja. Allah bisa menyelamatkan hamba-Nya yang beribadah dengan niat yang salah. Allah Maha Kuasa. Mengapa kita tidak lebih banyak mendoakan saja?😊
Ketika saudari kita berjilbab, apakah kita sadari gerak geriknya bahwa ternyata Alhamdulillah ia lebih tenang duduk dalam majelis ilmu yang baginya masih asing? Kenapa ia menjadi tenang di tempat asing? Karena ia merasa kita yang duduk di sebelahnya itu bersaudara dengannya, sama-sama menutup aurat, sama-sama sedang belajar. Hilang sedikit rasa canggungnya karena ada kesamaan antara dirinya dengan kita terutama dalam hal berpakaian. Ketika ia berjilbab (ya ya ya..yang kata kita sekadar ikut trend itu tuh..) ia sudah menjalankan perintah Allah. Dan ia bisa memperbaiki cara berjilbabnya sekaligus niatnya seiring berjalannya waktu bukan? Kita pun masih berproses, mengapa orang lain tidak boleh?
"Ukhti, aku mau datang ke pengajianmu. Tapi tidak punya gamis. Jilbabku pendek. Tidak apa-apa? | Datang saja. Gak mesti bagaimana-bagaimana. Pakaian yang biasa saja, asal rapi. Nanti duduk saja di sampingku.."
"Ukhti, jilbab ini cocok gak buatku? | Cocok. Tapi lebih cocok ini deh *sodorkan yang kainnya lebar dan tidak tipis* coba pakai.. | kayaknya gerah kalau ini. | kan masih kayaknya, pakai saja. Ala bisa karena biasa | Ntar dipanggil ustadzah, ukh.. | So what? Ustadzah itu guru. Aamiinkan saja. Minimal jadi ustadzahnya anak-anak kita sendiri toh.."
"Aku mau berjilbab seperti wanita itu.. *nunjuk orang lewat yang jilbabnya kekinian* | Wah..masyaAllah..segerakan saja. Jangan ditunda.. | Tapi aku takut niatku cuma karena ikuti trend saja.. | Berdoa sama Allah terus donk, biar niatnya diluruskan. Biar bisa berjilbab karena menaati perintah Allah. Sambil terus belajar kan bisa memulai menutup aurat".
"Ukhti, model jilbab ini kok lekuk tubuhnya nampak dimana-mana ya? *nunjuk gambar dari majalah trend jilbab* | Iya ya. Bagaimana kalau berjilbab kayak begini? *nunjuk model lain yang lebih menutupi tubuh* Rapi kan? Santun.."
Hidayah milik Allah. Allah yang menggerakkan hati manusia untuk tertarik dengan jilbab. Lantas siapa kita, berani menghalangi seseorang yang mau mengenal Allah dan menjemput hidayah dengan menutup auratnya lillahi ta'ala?
Jangan halangi saudari kita mendekat pada Islam. Beri jalan. Mudahkan. Doakan. Jika mampu, dampingi ia belajar, pahamkan ia dengan kelembutan sebagaimana kita pun bahagia jika dirangkul dengan baik.
Siapatahu justru kelak dia lebih istiqomah dan lebih syar'i pakaiannya dibanding kita. Siapatahu kelak ia berniqob dan tak tampak lagi fotonya di sosial media? Siapatahu kelak amalan shalihnya diterima Allah? Siapatahu kelak ia menjadi salah satu penghuni Syurga Allah, yang rupanya mencari-cari keberadaan kita juga di sana?
"Ya Allah..ukhti A, B, dan C dimana ya? Bolehkah ia berada bersamaku di Syurga-Mu ini?".
Semua muslimah berhak menjadi baik.😊
Izinkan saudari kita, ukhti.. Lembutlah padanya. Doakan ia. Doakan ia. Doakan ia. Semoga Allah menjaga dan menyelamatkan kita semua.
Rahmah Alhasnah | Emma.
Bumi Allah. 29062016.
#catatanrahmah #ramadhanberkah #bulanintrospeksi
No comments:
Post a Comment
say what you need to say & be kind :)