Friday, August 19, 2016

Sekolah tinggi, Bekerja, atau Menikah

S1 - S2 - kerja - menikah

S1 - kerja - menikah - lanjut S2

S1 - kerja- menikah - tidak lanjut S2
Pilihan banyak. Dan semua orang bisa memilih sesuai apa yang dia butuhkan. Ada pekerjaan tertentu yang memang mensyaratkan kita harus S2, maka kita bisa memilih S2. Ada yang merasa cukup dengan S1, menikah dahulu, bila sikon memungkinkan akan lanjut S2 (ridho suami tentu perlu). Ada yang sudah S1 dan lanjut bekerja, kelak menikah dan tidak lanjut S2 karena punya kepentingan lain.


Wanita berpendidikan tinggi itu baik. Bila ia paham ilmu agama, tentu akan lebih baik lagi. Pendidikan yang dimiliki tidak digunakan bersaing dengan laki-laki dan merasa lebih tinggi derajatnya dari ayah dan suaminya. Bukan pula untuk berbangga-bangga. Semakin berilmu, semakin ia menghormati orangtua dan suaminya, semakin merunduk bak padi yang berisi. Yang ia tahu, ilmunya bisa digunakan untuk mendidik anaknya sendiri dan memberi manfaat besar pula untuk ummat.
Wanita yang tak mengenyam pendidikan setingkat S1, S2, atau di atasnya pun bagiku bukan masalah. Sebab kembali lagi, bagiku belajar itu bukan soal gengsi tapi kebutuhan. Mau meraih ilmu, meraih berkahnya ilmu, yang akan berguna bagi dirinya, keluarganya, dan ummat.
Aku dulu memilih kuliah Sastra Jepang, karena dulu punya cita-cita bekerja di Jepang dengan sangat detail dan rinci perencanaannya kala itu. Hingga akhirnya Allah lebih mengarahkan cita-cita dan tujuan hidupku. Alhamdulillah. Ada penyesalan? Tidak sama sekali. Ilmu ini tetap berguna. Orang yang pernah atau sedang menjadi pengajar pasti tahu bagaimana syukurnya bapak ibu guru saat muridnya berhasil meraih cita-cita setelah berjuang bersama kita. Dan bukan berarti aku berhenti belajar hal lain bukan? Wah..luas sekali ilmu Allah ini..
Bila ada yang bertanya aku lulusan apa, aku dengan jelas berkata Sastra Jepang. Orang lain mau menganggap remeh? Itu kualitas mereka, bukan aku. Tak masalah sebab yang bahagia menjalaninya adalah aku. *senyumpepsodent*
Ini soal kebutuhan. Kebutuhan kita berbeda dengan orang lain. Bukan gengsi yang tidak akan ada tenangnya bila diperturutkan. Bila memang harus mengenyam pendidikan sampai doktor pun jika memang butuh, silakan..kejar..jalani dengan penuh tanggung jawab. Semua bisa memilih.
Pendidikan akademik penting. Tapi pendidikan karakter, akhlak, agama mulai dari hal terdasar sedari kecil pun penting. Mamaku mungkin mengenyam sekolah hanya sampai SMA saja dan beliau menikah lalu menjadi full time mother. Tapi mama multi talenta. Mamaku bisa hal yang mungkin orang lain tak bisa (hehe). Kakak-kakak yang sudah mandiri dan berkeluarga, dan semoga aku pun bisa sebaik saudara yang lain, adalah bukti pendidikan formal yang rendah tidak membuat seorang wanita lantas lalai menjadi istri dan ibu yang baik. Pendidikan akhlak yang dimulai dari dalam rumah juga sangat penting. Lingkungan yang baik, orangtua yang menjadi teladan baik, anak-anak yang sejak kecil mengenal dan dekat dengan Tuhan. Semoga kita tidak menyepelekan hal ini.
Jadi, entah strata pendidikan akademik kita sudah sampai dimana..sebaiknya kita saling menghargai. Menunda atau melanjutkan sekolah atau tidak melanjutkan sama sekali tentu masing-masing ada alasannya. Kita toh tidak jadi lebih hebat dengan merendahkan strata pendidikan orang lain bukan? Justru menjadi tanda tanya, sebab kepongahan itu menunjukkan bahwa rupanya pendidikan tinggi yang dimiliki tidak lantas membaikkan karakter dan sikap kita.
Bagi pembelajar... Mari saling menyemangati.
Sampai di jenjang mana kita bersekolah, sampai dimana kaki kita melangkah dan merantau menimba ilmu, ilmu apapun yang kita pilih, niatkan semua untuk ibadah. Ubah lelah jadi Lillah. Jadikan ladang meraih pahala dengan mengamalkan ilmu positif yang sudah kita raih. Jadikan salah satu alat untuk memberantas kebodohan, dimulai dari mencerdaskan diri dan anak-anak kita sendiri. Membangun generasi yang lebih baik. Ummat yang lebih baik. InsyaAllah.
Tutup telinga, dari omongan miring mereka yang tidak tahu visi misi dan perjalanan hidup kita. Buka hati dan pasang telinga, bagi saran-saran yang baik untuk kebaikan masa depan kita. 🙂
- Rahmah Alhasnah

#catatanRahmah #rahmahalhasnah
Makassar. 19 Agustus 2016.

No comments:

Post a Comment

say what you need to say & be kind :)