Dilemanya wanita : Setelah lulus dari kampus ngapain? Bekerja atau tidak? Nikah atau lanjut S2? Setelah menikah bagaimana? Ah.. Sudah, tidak perlu dilema lagi.๐
Menurutku.. Kalau ditanya "kerja dimana sekarang?", itu lebih mendebarkan dibanding "kapan lulus?". Hehe. Jadi buat adik-adik yang masih kuliah, nikmatin saja skripsi dan thesisnya. Cepat lulus itu Alhamdulillah. Kalau rejeki lulusnya di tahun ke-5 juga Alhamdulillah. Masing-masing orang punya problemnya. Hadapi. Nikmati. Kan InsyaAllah cepat atau lambat bakal lulus juga.๐
Kalau ditanya soal kerja, bebannya lain lagi. Apalagi yang baruuu saja lulus, tapi belum bekerja. Langsung dicap pengangguran. Kerja tetap belum dapat. Lanjut S2 kurang minat. Rintis usaha sendiri juga tidak tahu, bingung, merasa tidak berbakat. Mau nikah eh tapi belum dilamar. Oh God.. lengkap sudah yaa. hehe
Pilih yang terbaik saja. Belum bekerja, belum menikah, belum atau tidak S2, bukan berarti berhenti menambah ilmu dan pengalaman. Bukan berarti tidak melakukan apa-apa.
Alhamdulillah bagi kamu yang sudah bekerja ya.๐
Tapi..ehem.. ternyata sudah bekerja pun masih juga dipandang sebelah mata sama orang. Memang ada sebagian orang yang bangga atau kagum dengan yang kamu kerjakan. Mereka mendukung. Mereka membantu. Tapi ada yang tidak. Untuk pekerjaan, uhuk.., sebagian orang beranggapan belum bekerja namanya kalau bukan staf perusahaan tertentu atau pegawai negeri sipil. Kalau belum berseragam, namanya belum kerja. Katanya.๐
Iya deh..terserah pendapat mereka saja๐ Orang yang jualan online dan penghasilannya bisa 10 juta atau 20 juta perbulan lalu masih dianggap belum bekerja, ya terserah. Toh gajinya dia sendiri yang rasakan. Belum lagi dirinya bebas hutang. Jauh pula dari riba, karena kehalalan pekerjaan adalah syarat utama. Bagiku ini nih yang keren. Dia dianggap nganggur, kelihatannya cuma megang hape, tapi ternyata bisa hidup lebih enak kan? ๐
Untuk apa memandang remeh pekerjaan orang lain kalau diri sendiri tidak terbebas dari jerat riba, dan masih terlilit hutang sana sini, padahal (katanya) sudah bekerja?? Hayooo.. ngenes mana hayooo.. ๐
Jadi untuk kamu yang dipandang sebelah mata, santai saja. Kritik membangun dipeluk saja. Demi keberhasilan yang lebih besar di hari esok. Pekerjaan apapun yang kamu pilih kan untuk membahagiakan orang yang bangga sama kamu. Syukur-syukur kalau bisa bermanfaat buat banyak orang, walau dengan cara yang berbeda. Keren juga lho kalau hal itu dirintis dari nol, murni bersih, bukan pekerjaan hasil nyogok atau kongkalikong orang dalam. Selalu ada nilai plus untuk semua kebaikan itu. Terutama dalam pandangan Allah. ๐
Nah..
Kalau kamu lulusan S1 dan S2 tapi setelah menikah memilih mengabdi jadi ibu rumah tangga, tidak bekerja di luar rumah atau berhenti bekerja dari perusahaan tempatmu berkarir, omongan miring tidak bertanggungjawab mudah mendarat di telinga. Sabar saja yaaa.. Kalau merasa terdzalimi, langsung berdoa saja. (Titip doa buatku juga donk..) ๐
Kamu tidak perlu membuktikan apa-apa pada mereka, cukup terus bermanfaat untuk keluarga dan orang yang kamu cintai. Semua butuh proses. Lama-lama, hasil dari pilihanmu akan membuka mata mereka yang sudah berbicara buruk tentangmu, tanpa perlu kamu bersusah payah meminta mereka melihat ke arahmu.
Ingatlah.. Bagaimana Allah memuliakan wanita yang mengutamakan keluarganya.
Ibu rumah tangga yang berpendidikan tinggi itu tidak hina hanya karena tidak bekerja kantoran. Bekerja itu tidak salah. Bagus. Tapi tidak bekerja (kantoran) juga tidak hina. Ilmu itu telah mengangkat derajat para ibu.
Bukankah ibu rumah tangga adalah profesi juga? Profesi yang sudah seia sekata dengan kodrat seorang wanita. Betapa sibuknya para ibu ini. Ini menurutku yaa. Dari sebelum subuh sampai akhir malam mereka beraktivitas, memastikan segalanya berjalan baik. Tidak ada cutinya. Saat piknik pun (yang dianggap cuti), yang namanya wanita shalihah pasti akan tetap memprioritaskan kenyamanan suami dan anak-anaknya. Dipanggil suami, nyahut "Iya bang..". Dipanggil anak, apalagi anaknya nangis, "iya naaak.." wuuus buru-buru nyamperin anak. Jadi tidak ada istilah nganggur sih untuk seorang istri dan ibu rumah tangga. Kalau seluruh ilmu dan waktu milik istri dan ibu diniatkan membangun generasi terbaiknya dari dalam rumah, dari tangannya sendiri, itu justru MULIA sekali. Masyaallah. ๐
Urusan bekerja di kantoran atau tidak, bukankah itu menjadi pilihan dan urusan masing-masing keluarga? Type suami juga berbeda-beda. Ada type suami yang memang ingin istrinya fokus pada keluarga, ada yang ingin istrinya berkarir, ada yang ingin istrinya melakukan apapun yang istrinya mau selama keluarga tidak dinomorduakan. Semua ada alasannya. Ya terserah mereka kan? Mereka tahu apa yang mereka butuhkan๐
Kakak pertamaku contohnya, istrinya wanita yang bekerja. Kakak ketigaku, istrinya fulltime mother. Mamaku juga fulltime mother kok, tapi beliau pandai menjahit dan dari sana mama merintis usaha sendiri. Dari semua perbedaan itu, aku melihat banyak sisi. Selama para wanita bertanggungjawab pada suami dan anak, mengapa kita (yang cuma orang lain ini) mesti repot menghakimi?
Semua sudah punya perannya masing-masing. Berbeda memang. Tapi justru saling melengkapi.๐
Apapun yang menjadi pilihanmu selepas dari dunia kampus, entah bekerja dulu, atau menikah lalu jadi istri/ibu rumah tangga, atau lanjut S2, atau ikut kursus, atau merintis usaha dari hobi, kerja kantoran, jadi dokter, jadi pedagang, jadi guru, jadi apapun.. jalani dengan penuh tanggungjawab dan rasa cinta. Libatkan Allah dalam setiap keputusan. Hadirkan Allah dalam setiap perjalanan. Halalan thoyyiban diutamakan. Ridha orangtua (bagi yang single) dan suami yang shalih (bagi yang sudah menikah) diprioritaskan. Insyaallah semuanya akan berdampak baik. Dunia dan Akhirat.
Selamat berjuang, para strooong woman!! Semoga Allah limpahkan rahmat dan hidayah, juga meridhai usia dan perjalanan hidup kita semua. Aamiin ya Allah.
-Rahmah Alhasnah
4 Februari 2017.
#catatanrahmah
#rahmahalhasnah
No comments:
Post a Comment
say what you need to say & be kind :)