Ini di Itami, Jepang, waktu ada jadwal homestay dari kampus (program dari kampus di Jepang). Kami para mahasiswa asing tadinya belajar di kampus yang sama di kota Kobe. Kemudian ada jadwal homestay, tinggal 2 hari 1 malam di rumah warga Jepang asli. Kami dipencar, beda-beda lokasinya. Rumah yang kami tempati pun dipilihkan oleh pihak kampus.
bersama Nao-chan :) |
Ya Allah.. Setelah tinggal di asrama khusus mahasiswa asing, bisa ketemu teman sesama Indonesia, ngobrol pakai bahasa Indonesia (haha), akhirnya tiba hari dimana kami benar-benar tinggal terpisah di rumah warga Jepang asli yang otomatis harus lebih mandiri termasuk ngobrol pakai bahasa Jepang. Kalau kepepet, pakai bahasa Inggris juga sih. Atau bahasa tubuh..hahayy
Aku dapat kesempatan tinggal bersama keluarga Kokubo di Itami. Setelah diantar sama partner dari kampus Jepang ke stasiun kereta, udah dijelasin naik kereta apa, turun di stasiun mana, aku berangkat lah sendiri naik kereta itu ke stasiun Itami (lupa tepatnya gimana).
Apa aku berani ngebolang sendirian?
Di stasiun Itami itu, udah ada Kokubo Yoko san (ibu yang rumahnya aku tempati homestay) menunggu. Beliau pakai topi, mendekatiku sambil tersenyum dan bertanya "Rahmah san desuka? (Rahmah san ya?)" Aku mengangguk (mungkin beliau tahu ciri-ciriku dari foto dalam profile yang kampus berikan) dan kami pun berkenalan.
Dari stasiun kami berjalan kaki ke beberapa tempat menarik di sana. Karena kata beliau, anaknya sebentar lagi akan dijemput dari tempat les, jadi masih ada waktu untuk jalan-jalan di sekitaran situ. Beneran jalan kaki. Waktu itu bulan Juli, memasuki musim panas, tapi belum yang panas banget, masih kayak cuaca standar di Indonesia lah. Alhamdulillah suasana kotanya ramah pejalan kaki. Fasilitas umum bagus. Jadi cocoklah buat jalan kaki. Aku diajak ke museum, ke toko apa gitu lupa, keliling lihat kuil sekitar, hingga akhirnya ke tempat anaknya. Inilah Kokubo Nao, yang ada di foto (*di foto ini, kami lagi jalan-jalan pagi di hari ke-2). Di foto ini dia masih SD. Aku panggil Nao chan. Masih SD~ kok tinggi ya? Ya turunan bapaknya.. semua anaknya tinggi banget masyaallah.
Awalnya Nao chan pemalu tapi tetap murah senyum, dan setelah diajak ngobrol akhirnya mulai ceriwis dan akrab. Kami berjalan-jalan lagi bertiga, aku diajak ke mall. Trus mamanya nanya "di Makassar ada mall?" Subhanallah..dianggap desa kali ya haha, "Iya ada" jawabku. "Sebesar ini?" Tanya beliau lagi. "Iya, sebesar ini" meskipun aku nggak yakin sebesar apa mall yang kudatangi waktu itu bareng mereka. Di mall kami ngemil, ditraktir Yoko san (mamanya Nao chan). Setelah itu baru pulang ke rumah mereka. Di perjalanan pulang ke rumah, sesekali kami mengomentari hal-hal yang kami temui. Yoko san juga nunjukin semacam selokan kecil berair jernih yang berisi banyak ikan koi. Aku mikir, bersih juga yaa.. jarang lihat sampah berserakan di jalan.. selokannya juga bersih. Entah itu difungsikan sebagai selokan tempat pembuangan air kotor atau malah tempat penangkaran ikan liar gak ngerti aku.. saking bersihnya. Alhamdulillah..bahasa Jepang bisa keluar lah selama ngobrol, kalau masih kalimat sederhana bolehlah.
Di rumah mereka aku disiapin kamar di lantai 2. Khas Jepang banget. Kasur dan selimut yang diletakkan di lantai, ada AC, tapi ada kipas angin juga, ada meja, ada lemari, dan jendelanya jendela geser khas Jepang yang ngadep ke luar jalan. Trus di atas meja ada tulisan "Welcome to our home" (house atau home ya..hehe) dengan nama-nama seluruh anggota keluarga yang berjumlah 4 orang, lengkap dengan gambar-gambar lucu. Masyaallah tabarakallah.๐
Tak lama, pulanglah anak sulung, namanya Kokubo Makoto. Sama kayak adiknya, dia juga sangat ramah. Dia kayaknya SMP kelas 1, kurang ingat juga sih. Di lantai 1 Yoko san menyiapkan makan siang, sushi, yang bisa aku kreasikan sendiri isiannya. Jadi bahannya udah ada di meja. Dan dia bilang "Tenang, semuanya halal. Orang Muslim harus makan makanan halal kan? Ini bahan sushi yang aman. Kita bisa makan bersama". Alhamdulillah. Banyak banget yang kumakan. Lahap <3. Ada natto juga di meja. Waktu makan yang natto, mereka takjub "Oh..bisa makan natto juga? Sugooiii (Hebaatt)". Sebenarnya waktu itu cuma pengen coba aja..hmm not bad. Sekarang lupa sih gimana rasanya. Kalau rasa sushi secara umum masih ingat, banyak dijual juga di sini.
Nao Chan dan Makoto chan sama-sama jago main piano. Di rumah mereka ada piano. Di Jepang, anak seusia mereka memang diajarin piano gitu sejak dini. Rata-rata bisa. Gak tahu juga sih gimana sistem pendidikan SDnya. Sepertinya itu mata pelajaran wajib ya. Jadi para siswa punya keterampilan khusus, ada keterampilan menjahit, main musik, dll. Mereka main musik buatku, Mozart atau apalah namanya..pokoknya kerenmasyaallah. Lincah banget deh jarinya. Like a pro. Trus aku bilang "Aku juga bisa lho main piano". Mereka penasaran mau dengar. Iseng aja kumain lagu "Gundul-gundul pacul" Haha mereka senang. Trus kutanya "Bisa main lagunya Doraemon gak?", mereka menggeleng. Akhirnya aku main itu, dan mereka senyam-senyum minta ulang. Aku ajarin juga mereka main kartu, yang "sport jantung" ada yang tahu gak? Itu lho..kartu Remi yang dikocok trus ditaruh ke bawah satu persatu sambil disebutin urutan kartunya. Kalau yang disebutin sesuai dengan kartu yang jatuh, kami rebutan ngetag kartunya gitu. Jadi tangan saling nepuk. Yang paling atas tangannya, dia kalah, mesti dicoret mukanya, kami pakai bedak waktu itu. Haha
Maafkan aku Yoko san..anak-anaknya diajak main yang aneh-aneh
Tak lama, sang bapak pulang. Beliau juga sama baik dan ramahnya. Beliau sempat tanya tentang kampus UnHas. Sambil aku jelasin, beliau ngecek di googlemap. Dan takjub dengan lingkungan kampusku yang luas dan asri. "Wah..luas banget ya..banyak pepohonannya". Keluarga ini semuanya baik.. Masyaallah Alhamdulillah.
Malamnya usai shalat, sebelum makan malam, aku sempat ngaji, Nao dan Makoto mendekat. Mungkin bingung dan terkesimah (ealah..bahasane..) aku baca surah apaa gitu kan..bagi mereka itu asing terdengar, bikin mereka penasaran. Mamanya juga penasaran, dan mendekat. Aku jelaskan kalau itu kitab suci Al-Qur'an, kitabnya umat muslim. Berbahasa Arab, bertulisan Arab. Sambil nunjukin isi Qur'an. Mereka minta dibacain surah, aku bacain surah Al-fatihah dan artinya dalam bahasa Inggris (dalam bahasa Jepang, aku jelasinnya terbata-bata, soalnya bahasa Qur'an kan tingkat tinggi). Mereka senang lho ekspresinya. Kami sempat ngobrol tentang Indonesia, tentang Makassar, tentang Islam dan jilbab juga. Sambil diam-diam berdoa semoga aku nggak salah jelasinnya dan semoga mereka bisa paham.
Dua anak manis ini juga minta ditulisin nama mereka pakai tulisan arab di note mereka. Mintanya sopan banget. Tutur kata mereka sopan halus. Aku tulisin nama mereka pakai tulisan arab, plus kasih gambar kartun muslimah pakai kudung juga di kertas itu. Senang banget merekaAlhamdulillah.
dipotret oleh Yoko okaa-san :) |
di dalam museum :) |
Berharap bisa kembali ke Jepang dan berkunjung lagi di Itami untuk bertemu mereka sekeluarga๐.
Masih ada hal menarik lain yang kualami saat menginap di rumah mereka. Tapi bisa panjang ntar kalau diceritain langsung di postingan ini. Nanti aja di postingan berikutnya, insyaallah, kalau gak lupa. Hehe
Setelah balik ke Indonesia, aku pernah berencana kirimin paket untuk keluarga Kokubo di Itami. Waktu ke Jogja sempat beliin batik khas sana untuk mereka berempat. Mau kirim itu bersama paket yang lain. Sayang, alamatnya hilang. Jadi terpending..Huhu. Aku udah cari mereka di sosmed, nama keluarga mereka yang kira-kira menetap di Itami, atau cari foto yang sesuai..belum nemu sih.
Ah.. Miss them berharap suatu hari nanti kami bisa segera bertemu lagi. Semoga mereka tetap sehat semuanya. Dalam lindungan Allah. Nao chan dan Makoto chan pasti udah lebih besar sekarang. Semoga ada rezeki kesempatan dan umur panjang berkah untuk kembali bertemu.. ya Rabb.
Insyaallah..kami akan bertemu lagi di waktu dan tempat terbaik. Aamiin ya Allah.
Salam,
Rahmah Alhasnah
catatan 21 November 2019
*Membekukan kenangan
#emmakizora #catatanrahmah #tripjapan #exchangestudent
No comments:
Post a Comment
say what you need to say & be kind :)