Monday, December 01, 2014

Belajar Jaga Jarak please!

Assalamu'alaikum warahmatullah.
Ada yang sedang makan jam segini? Temenin aku lah. Sekarang aku lagi makan Pempek khas Palembang, asli dari Palembang dikirimin sepupu 1 kotak besar. Abis hujan..dingin-dingin, goreng-goreng dan kukus Pempek trus disantap..Alhamdulillah~ ^^

Kali ini aku cuma mau sedikit (padahal banyak -___-") menumpahkan hmm apa ya..ketidaksukaan terhadap sikap sebagian laki-laki yang pernah kukenal. Kita berbicara di ranah sosial media saja. Dunia yang kalau digunakan tanpa otak, malah bisa lebih banyak mudharatnya, merasa sosmed menjadi dunia yang cukup aman untuk bertingkah seenaknya karena tidak bertemu langsung dengan lawan bicara, sikap diubah dan dibuat-buat, menjadi ambigu dan tidak bertanggungjawab.


Paraghraf di atas khusus bagi mereka yang bersosmed tanpa otak. Tidak bertanggungjawab. Tebar pesona, haus perhatian, ciri-ciri gagal eksis di dunia nyata. Yap..sebagian kaoum lelaki begitu. (Kaum wanita juga ada sih yang begitu..tinggal kitanya saja yang pintar-pintar untuk tidak meniru)
Masih banyak kok yang bersosmed dengan aman dan bertanggungjawab. Menjadi dirinya yang terbaik di sosmed sebagaimana dirinya di keseharian nyata. Mereka ini nih yang keren. Tidak perlu tebar pesona..karena pesonanya sudah memancar kemana-mana. :)

Misalnya contoh yang tidak bertanggungjawab ini adalah ada sebagian dari kaum adam itu yang kalau sudah punya pasangan (entah pacar atau bahkan istri), masih saja terlalu welcome dengan teman lawan jenisnya, apalagi kalau sudah berinteraksi di sosmed, merasa tidak bakal ketahuan pasangan..niatnya menjalin komunikasi sudah mulai melenceng, bercakap hangat berdua dan melupakan status dirinya sebagai pasangan dari orang lain.

Aku kenal dengan beberapa teman yang pernah curhat yang kasusnya rada mirip satu sama lain. Ini contoh salah satunya... temanku sendiri. :/
Katanya dia kenal aku pertama kali dari tidak sengaja menemukan alamat blogku. Hingga akhirnya dia menemukan alamat facebook dan meng-addku. Sebut saja namanya Ryan, biar gampang bahasnya (sudah kayak berita kriminal gitu ya..pakai nama samaran.. :3). Kami berteman normal saja. Pernah ada percakapan basa basi biasa di inbox, semua kujawab sekenanya. Karena pembawaanku yang welcome dan ramah pada teman manapun (yang belum ketahuan keji dan jahat..hihi), aku sering jadi tempat teman-teman (umumnya sesama wanita) menumpahkan curhatan mereka. Nah..sosok laki-laki ini, entah sejak kapan dia mulai ada rasa. Dia mengakuinya. Usia kami cuma terpaut satu tahun. Ryan berdomisili di Pulau seberang, hehe sensor. Namun yang aku cukup salut saat itu..dia ingin menikah di usia muda. Saat itu usiaku 21 tahun dan dia 22 tahun, kalau tidak salah. Di usia semuda itu dia sudah merintis usaha, lupa usaha apa, tapi dia membangun lapangan pekerjaan. Bisa dikatakan telah cukup mapan di usia muda. Oke..aku sedikit iri dalam hal itu -__-" hehe

Aku jarang berkomunikasi dengannya, tapi menurut pengakuannya ia suka dengan tulisan-tulisanku atau pendapatku pada beberapa hal, ia mengamati diam-diam istilahnya, dan ingin mengenal lebih jauh. Aneh juga sih. Memangnya aku berpendapat apa saja? Menulis apa saja? Dulu perasaan masih amburadul tulisanku (sekarang juga kayaknya :3). Isinya yaah -___-a hmm entah bagaimana..hehe. Aku merasa tidak melakukan hal yang istimewa. Banyak guyonnya. Hmm..tapi rata-rata orang yang mengaku suka beralasan seperti itu, heran juga (entah jujur, entah modus.. :/). Namun perasaan orang ini tidak bersambut. Yah mungkin bukan jodoh. Sebab ketika itu aku sama sekali belum memikirkan pernikahan. Masih sibuk-sibuknya kuliah. Memikirkan kelak akan menikah sih iya, tapi memang belum siap menikah saat itu. Maka aku menolaknya dengan sopan. Toh kupikir aku tidak kenal baik. Cuma teman biasa di facebook. Beberapa kali dia berusaha meyakinkan. Dia siap datang ta'aruf ke Makassar. Katanya kalau tidak kenal ya kenalan. Ya benar, ta'aruf. Mengenalku langsung bersama keluarganya. Bukan mengajakku jalan berdua. Aku menghargai itu. Dia memberikan kontak hapenya, dan kontak hape keluarganya yang bisa untuk aku tanyai jika aku mau, tapi tidak pernah kusave apalagi kuhubungi. Hmm..mungkin dia benar serius. Namun apa mau dikata...akunya yang belum siap menikah saat itu dan sama sekali tidak punya 'rasa' kepadanya.

Merasa 'suka' pada lawan jenis hingga memutuskan menikah itu tidak mudah...

Setelah dia berjuang untuk menarik perhatianku tapi tak berhasil, akhirnya (sepertinya) ia menyerah..hingga setahun kemudian dia mengirimkan sebuah undangan. Yap..undangan pernikahan. Aku turut bahagia. Di usia 23 ia akan menggenapkan separuh agama. Bagus bukan? Maka do'a aku haturkan untuk Ryan dan calon istrinya. Mungkin karena aku tidak punya rasa ya..jadi ya happy saja dengan kabar bahagia mereka. :D

Lama tidak ada kabar, karena memang akunya juga tidak mencaritahu urusan orang lain :D , muncullah postingan Ryan di beranda. Foto anaknya. Balita yang imut dan manis sekali. Kemudian ada inbox yang masuk. Aku cek..ah, dari si bapak muda itu! Ada urusan apa ya..pikirku. Ternyata dia menyapa dan menanyakan kabar. Sekalian dia ngompor-ngomporin aku untuk menikah juga. Hehe

Di inbox itu dia bercerita bahwa dulu ia dikenalkan oleh seorang wanita berjilbab asal hmm asalnya kurahasiakan saja ya (yang jelas lokasi kampungnya jauuuh, lebih jauh dari Makassar..^^). Aku lupa mereka kenalan dimana. Karena memperhatikan wanita ini baik dan dari keluarga baik-baik, akhirnya ia setuju untuk mengenalinya lebih jauh dengan tujuan menikah. Ia hanya sekali datang ke kampung halaman wanita ini, dan langsung menentukan tanggal pernikahan. Kemudian kurang lebih beberapa bulan setelahnya mereka bertemu kembali di pelaminan. Alhamdulillah. Hmm mungkin inilah contoh orang yang sudah bertekad menikah akan dilancarkan jalannya meski belum lama mengenal sang calon..Ada juga yang sudah cukup lama mengenal dan ketika memutuskan untuk menikahinya maka Allah mudahkan prosesnya, diterima khitbahnya, diringankan maharnya..atau mungkin ada juga yang jalannya penuh lika liku tapi ujung-ujungnya Allah sampaikan pada akad nikah. Allah Maha menolong.. insyaa Allah. :)

Yang membuat aku sungguh-sungguh tidak suka dan jadi hilang respek adalah saat dia mulai bernostalgia. Mengungkit-ungkit perasaannya terhadapku. Di situ aku mulai merasakan sangat tidak nyaman dan ingin mengabaikan inboxnya saja. Bagaimana mungkin pria yang sudah jadi ayah bisa bercakap selonggar ini pada wanita nonmahram? Mungkin dia hanya anggap aku teman atau adik (karena usianya lebih muda)..it's oke..tapi tidak begitu cara komunikasinya sebagai teman deh..terlebih statusnya sudah menjadi suami. Harusnya bisa lebih cuek kepada teman wanita apalagi cuma teman sosmed. Bukan dengan menanyakan lagi apa..sibuk apa..tiba-tiba muncul sekedar nanya kok begadang (hmm -.-"), nanyain udah makan (nah lho!), nanyain udah punya calon..beri nasehat-nasehat, muji jilbab, apalagi sampai mengungkit perasaan yang sudah tidak boleh diraba-raba. Sebagai istri, pasti sakit rasanya mengetahui suami bertingkah seperti itu (perhatian) kepada wanita lain yang dulu sempat ia sukai dan ingin ia nikahi. Maksud Ryan mungkin bukan selingkuh, tapi tetap saja ia manis pada lawan jenis nonmahram, dan itu tidak baik... Astaghfirullah. Kalau kuingat aku tidak manis padanya. Menjawab dengan sopan, iya. Tidak lebih. Boro-boro manis dan beri perhatian lebih dengan tanya kabar misalnya, meladeni setiap inboxnya saja tidak sering. Apalagi ketika ia memberi kabar akan menikah..aku turut bahagia dan tidak kepo. Sekadar menunjukkan kebahagiaan dan mendo'akan saja. Bahkan sebelumnya..kalimatku datar-datar saja. Dan itu bukan bentuk keakraban..karena meskipun aku pembawaannya ramah, aku tidak bisa mudah akrab dengan orang lain.

Well..

Memang ada orang yang tidak bisa digubris meski sedikit, karena pengharapannya yang terlalu besar....

Harapan yang ditumpuk sendiri.
It's called "ngelunjak".

Hatiku gelisah. Kalimat dia itu sudah ngelantur kemana-mana. Dan ya..akhirnya kuabaikan, tidak kubalas lagi. Aku pikir ia akan berhenti mengirim inbox, tetapi tidak. Ia masih mengirim lagi besok-besoknya. Berkata kangen..pengen ngobrol..nanya kabar segala macam. Aku hanya menjawab salam dan menjawab kabar..selebihnya kuacuhkan seperti ia tidak mengirim kalimat apapun.

"Kangen"?
Otaknya korslet mungkin... :/

Diam-diam aku berdo'a, semoga suamiku kelak tidak melakukan hal seperti ini kepada wanita nonmahram lain di belakangku. :( Sungguh..pilu dan nyeri rasanya memposisikan diri sebagai seorang istri yang suaminya seperti itu. Mengecewakan. Na'udzubillah min dzaliik.
Dan karena aku wanita, aku berada di pihak sang ustri, jadi ingin menjauhi temanku ini saja. Simple. Tidak meladeni. Biarkan Ryan bosan dan pergi sendiri. Aku tidak ingin menjadi sebab pertengkaran pasangan muda itu. Aku menjauh. Tapi Ryan merasa tidak bersalah. Ia justru bilang lagi kurang lebih, "Dek..apa kabar? Aku dulu begitu serius untuk menikahimu..meski rumahmu jauh. Kakak tidak main-main. Nah sekarang..kakak menikah dengan wanita yang rumahnya justru lebih jauh dari rumahmu kan? Jadi bagi kakak..perbedaan suku, kampung halaman, karakter..bukan masalah bagi kakak. Tapi mungkin bukan jodoh ya dek.."

Hayyah! Miris banget bacanya.
Apa dia pikir aku terkesima?!
Mungkin cuma basa basi. Tapi sudahlah. Enough.Itu tidak pernah menjadi hal yang penting bagiku, tapi ungkapan-ungkapan itu bisa sangat menyakiti perasaan sang istri lho. Kalaupun itu benar...simpanlah..bahkan kubur dan lupakan sajalah. Bukankah cinta sejatinya sudah ada? Dan memberinya anak yang manis. Hargailah ia. Hormati. Ia istri, sosok satu-satunya yang seharusnya menarik seluruh perhatian suami.. :(

Aku bilang padanya untuk tidak berkata seperti itu lagi pada wanita manapun, sekalipun becanda. Memperpanjang obrolan pun sebenarnya tidak perlu bukan? Apa kata pasangan nantinya? Kusarankan saja ia tidak seperti itu lagi, dengan segala alasan yang baik dibaliknya. Demi kebaikan mereka. Toh aku sudah mengabaikan..mengapa ia masih tidak paham? Aku tidak ingin menjadi sebab rusaknya hubungan orang lain.
Stop!
Stop!
Stop!
Ungkit masa lalu itu tujuannya untuk apa??
Kalau sang istri baca bisa sakit dan kecewa dia..

Guys.. Becanda pun tidak perlu seperti ini. Mengatakan kangen atau masih sayang atau masih ada rasa atau "aku dulu suka kamu lho" pada teman yang pernah disukai misalnya..padahal dirinya sedang menjalin hubungan dengan seseorang yang juga baik, duuuh *gigit pintu* itu bukan (kutekankan lagi) itu BUKAN becandaan yang cerdas!! Becanda kalau menyerempet ke urusan hati tidak akan pernah jadi baik. Karena bisa saja orang lain menafsirkan berbeda candaan kita. Bisa saja orang lain jadi kegeeran. Atau sialnya bisa membuat orang terjebak di masa lalu atau merasa diberi harapan...(harapan palsu).

Untung saja aku tidak ada rasa... -_-
Jadi bukannya geer, atau menyambut nostalgia..aku malah risih tingkat dewa :/

Atau memang aku juga yang mesti lebih ketat menjaga diri. Tidak meladeni lagi. Oh God..itu sudah kulakukan. Namun tetap saja ia cuek dan terus bertanya.

Kutegur ia dengan cukup keras. Menyampaikan bahwa aku risih dan tidak nyaman, dan istrinya tidak akan suka ketika ia mengetahui apa yang dikatakan suaminya itu padaku (atau pada wanita manapun). Entah Ryan paham atau tidak. Aku berharap ia paham. Mungkin pembawaan Ryan memang santai dan ceplas ceplos.. begitu mudah nostalgia seperti itu kepada 'mantan gebetan'nya. Ckck. Tapi itu bukan alasan untuk membenarkan sikap!

Kalau sudah menikah..sebaiknya sikap itu berusaha diubah. Memang ada hal yang tidak bisa seenak dulu dilakukan seperti ketika masih single..bebas berbicara apa saja..dekati siapa saja. Tidak lagi! ketika telah menjalin sebuah hubungan serius atau jelas-jelas telah sah menikah, kita mesti lebih hati-hati bersikap dan memikirkan perasaan pasangan. Jangan terlalu ramah pada ajnabi. Sopan is good. Jaga jarak itu wajib. Kalau itu membawa kebaikan bagi keutuhan hubungan..why not untuk dilakukan? Desyou? :)

Ya..seperti itulah.

Jadi kaum laki-laki..bisa paham? :')
Ryan mungkin bukan laki-laki yang asli nakal. Ia baik. Teman yang baik. Sepertinya pun dari keluarga yang paham agama deh. Mungkin ia hanya terhanyut perasaan masa lalu. Atau sekedar becanda. Entahlah.. apapun itu..aku tidak suka. Becandanya rada norak..hehe. Tapi itu contoh saja. Bahwa ada lelaki beristri yang belum bisa mengontrol sikapnya (di sosmed).

Nah..kalau ada laki-laki (yang memiliki pasangan) yang niatnya sudah jelas tidak baik, misalnya mencari kesenangan dengan menggombali wanita-wanita lain di inbox atau mengomentari foto wanita dengan puja puji? Save foto wanita. Sampai ke tingkat berselingkuh (na'udzubillah)..memprihatikan sekali laki-laki yang seperti ini, apalagi kalau sudah punya anak..ya ampuun~na'udzubillah.. laki-laki apa namanya yang tidak bisa menghargai hubungan dia, tidak bisa menghargai orang lain bahkan sudah merendahkan dirinya sendiri? Tua-tua keladi kata orang-orang? bukannya makin berumur makin bijak tapi malah makin menjadi-jadi. how pity you are~ Astaghfirullah...

Orang yang sedang membangun sebuah hubungan dan (atau) sudah terikat secara sah sebaiknya tidak terlalu welcomelah dengan lawan jenis sekalipun mereka disebut 'teman'. Bicara saat ada kebutuhan penting saja. Itu bisa dimaklumi. Standar saja deh. Tidak ganjen. Namun saat menyapa dan lalu berkata "duh kangen juga..apa kabar? Ngobrol yuk..", itu seperti menyiram bensin ke bara api. Lama-lama apinya bisa makin besar dan membakar! Stop it! Bagaimana kalau pasangan tidak suka? Istri tidak ridha? Bagaimana mungkin pasangan bisa ridha dengan lelakinya yang berkata kangen begitu mudah ke teman wanita lain? Apalagi kalau sang lelaki beralasan "dia teman dekat aku..kenal jauh lebih lama sebelum kenal kamu, jangan cemburu berlebihan deh". Kemudian sibuk berdalih mengatakan "kami cuma becanda saja..". Haduuh..Itu alasan yang super bodoh. Becanda sampai bilang kangen ke teman nonmahram? Atau dibubuhi kalimat "sebenarnya sebelum menikah aku suka kamu..", aaah mengatakan itu tujuannya apa? Mancing reaksi si teman wanita? Becanda lagi? Semanis apapun sang wanita menerima jalinan percakapan tersebut, seharusnya sang lelaki yang sudah punya pasangan ini tahu mengontrol diri (sikap dan tutur katanya). Sopan saja cukup. Tidak perlu dibumbuhi dengan kalimat manis kangen atau mengungkit-ungkit masa lalu.

Why man don't listen?
Apa mereka mau merasakan hal yang sama dari pasangannya dulu..baru tahu bagaimana "sakitnya"?

Ntar Allah kabulkan..baru mereka tahu rasa.. -__- 

Kata orang bijak, kita ini tidak cukup usia untuk melakukan semua kesalahan. Cukup belajar dari kesalahan orang lain yang sudah-sudah..tidak perlu melakukan sendiri lagi. Hidup diisi dengan lebih banyak hal positif dan produktif kan lebih baik. :')

Masih syukur pasangan/istri merasa cemburu. Kenapa dilarang? Mereka cemburu pun bisa jadi karena memang tingkah si pasangan yang tidak bisa ditolerir. Introspeksi kan bisa. :)
Toh cemburu tanda cinta. Kalau tidak, bisa jadi dia pun tidak cinta lho..saking tidak pedulinya. Mau hadapi kenyataan seperti itu? Kupikir tidak ada yang bakal mau. Semua mau hubungannya harmonis dan rukun juga langgeng kan? ^^ maka jagalah. Jaga baik-baik apa yang sudah ada sekarang...

Pikirkan baik-baik..interaksi di dunia nyata dan di sosmed jenis apapun tetap perlu dijaga sekalipun tidak ada yang melihat seperti apa percakapan kita dengan si lawan jenis itu. Bukankah Allah Maha melihat? Tetap harus dibatasi, sembari berusaha menjaga hati dan menjaga perasaan pasangan kita. Itu bukan berarti menjadi menutup diri dari bersosialisasi kok. Think twince deh..bukankah sang lelaki itupun tidak senang jika pasangannya (istri) melakukan hal yang sama memalukannya itu dengan teman-teman prianya? Kalau sudah dipikirkan dan setuju, so..stop it now! Perbaiki diri. Semua bakal dipertanggungjawabkan. :)

Ah..
Akupun jelas perlu dan harus selalu introspeksi. Banyak faktor yang bisa membuat laki-laki ramah dan manis ke kita. Meski kita cuek pun..mereka bisa terus menerus manis. Namun ada juga yang manis karena kitanya sendiri yang mau dimanisi..tidak sadar kalau welcome dan itu bisa menimbulkan hal yang tidak baik ke depannya, menimbulkan kesalahpahaman, atau masalah lain. Astaghfirullah.

Yang jelas sejak kejadian itu, aku lebih berhati-hati dan menegur lebih awal kepada teman yang bersikap 'berlebihan' padahal sudah punya pasangan! Jangankan bagi yang sudah beristri, teman yang punya pacar saja aku jaga jarak darinya. Cukup berteman normal saja. Apalagi kalau tahu pacarnya galak..wew..mending jaga jarak deh~ -__-"

Apalagi kalau kitanya yang sudah punya pasangan kan? Ya samalah hukumnya. :D
Kita belajar menjaga diri kita dari berteman terlalu akrab dengan lawan jenis demi menjaga perasaan pasangan kita. Ia tenang karena pandainya kita menjaga diri dan 'membatasi' interaksi dengan ajnabi. :)

Ingatlah diri..
Wanita yang baik akan bertemu laki-laki yang baik. Jadilah yang benar-benar baik itu. Jadilah yang terjaga itu. Jadilah shalihah, yang memberi ketenangan, menjadi sebagai sosok yang sangat disyukuri kehadirannya dan dirindui ketiadaannya. *ekhem* semoga bisa. :')

Hmmm..Pempeknya sudah habis. So, saatnya off dan kembali ke rutinitas nyata. :D see you my blog. Semoga kamu bisa beri kebaikan pada yang menulis dan membacamu ya.. ^^ aamiin.
Wassalamu'alaikum warahmatullah.



Salam,
Rahmah/Emma ^^:)

1 comment:

  1. Tulisan mbak bagus. Saya suka bacanya. Pas dengan kenyataan

    ReplyDelete

say what you need to say & be kind :)