Friday, August 11, 2017

Di Tanah suci : Beribadah sambil Eksis (?)

Assalamu’alaikum, good people! Konbanwa!

Teman yang sedang di tanah suci, aku titip doa donk.. sebut namaku gitu.. biar jadi tamu Allah juga..😊😇

Tiba-tiba mau nulis. Sekalian nasehatin diri. Hikz😢
Ketika berada di tanah suci (Masjidil Haram dan Masjid Nabawai dan sekitarnya dengan tujuan umrah dan haji), fokuskan beribadah. Sungguh besaaar nikmat yang Allah beri dengan menjadikan hamba-Nya sebagai tamu-Nya di Baitullah. Banyak orang yang mau ke tanah suci juga, tapi kita yang diberi nikmat itu. Maka wahai diri, ayo fokuslah. Nikmati. Khusyuk. Abaikan gadget ketika berdoa, apalagi saat berjalan (bertawaf) mengelilingi Ka'bah, kita tidak perlu angkat tongsis untuk live streaming segala.

Tongsis dan handphone yang digunakan berselfi atau merekam diri bukan tidak mungkin mengganggu jamaah lain di sekitar kita. Kepalanya bisa terkena gadget atau tongsis. Kekhusyukan dzikir jamaah bisa buyar karena melihat ada tongsis melayang di dekatnya. Bisa menimbulkan prasangka kurang baik ke diri kita. Kehadiran kita malah jadi ujian bagi orang lain. Belum lagi resiko gadget itu jatuh dan hilang.

Sunday, July 16, 2017

Belajar bercadar di Bukber anak panti

Ramadhanku tahun ini hampir sama dengan ramadhan tahun lalu dalam hal ibadah puasa, shalat fardhu dan sunnah tarawih, yang menjadi hal rutin yang kulaksanakan selama ramadhan. Yang berbeda, ibadah-ibadah lainnya kukerjakan (kuusahakan) harus lebih maksimal dibanding tahun lalu. Dalam sebulan kemarin itu, tak satu kalipun kuinjakkan kakiku ke mall. Niat untuk membeli baju baru pun tidak ada. Hehe. Ketika mendapatkan rejeki uang, aku lebih bersemangat untuk menabung atau mengeluarkannya dalam bentuk sedekah. Bersedekah tentu melahirkan pahala dari Allah. Terlebih jika kita bersedekah di bulan ramadhan, bulan yang penuh keberkahan, pahala dari Allah tentu jadi berlipat ganda. Siapa yang mau menyia-nyiakan kesempatan baik ini?

Hari demi hari berlalu. Selama ramadhan itu pun aku mengurangi aktivitasku bertemu teman-teman, kecuali hanya beberapa teman saja, yang sudah hitungan tahun tak bertemu. Bukan karena sengaja tak ingin bertemu, tapi aku sempat sakit karena tanganku terkilir. Ada peradangan yang menyebabkanku demam berhari-hari. Maka, kukurangi aktivitasku keluar rumah. Dan lebih memilih menikmati aktivitas ibadah di rumah. Terlebih di waktu sepuluh akhir ramadhan. Acara reuni sekolah dan kampus yang dirangkaikan dengan buka puasa bersama tidak bisa kuhadiri. Aku aktif hanya di beberapa kegiatan saja, dimana aku memegang amanah sebagai penyelenggaran kegiatan. Hal yang bagiku menarik dan akan selalu kukenang.

Bersama teman-teman, aku tergabung dalam sebuah komunitas. Manjaddawajada namanya. Setiap Ramadhan tiba, kami akan melaksanakan agenda rutin khas Ramadhan, seperti berbagi takjil di jalanan atau berbuka puasa bersama. Ramadhan tahun ini Alhamdulillah kami mengadakan buka puasa bersama adik-adik dari panti asuhan. Perhatian kita pasti begitu berarti bagi mereka. Lagipula kasihan kalau ada harta tapi tidak disucikan dengan bersedekah dan berbagi (di jalan Allah). Kita pun tidak mesti kaya raya dulu baru bisa berbagi dan bersedeka. Berapa-berapa saja bisa. Apalagi kalau istiqomah. Yang sedikit tapi terus menerus lebih Allah cintai daripada yang banyak tapi cuma satu kali.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda bahwa barangsiapa yang mencintai anak yatim, maka dia dan diri Rasulullah seperti dua jari yang berdampingan. Dekat sekali.

Alhamdulillah kegiatan yang diselenggarakan di After Cafe jl. Sultan Alauddin ini berjalan lancar.

19247822_10213242566528772_3165747461034984124_n

Saturday, July 15, 2017

Doa untuk Surgaku :)

Aku tidak pernah malu berdoa walau orang-orang di sekitarku melihat dan mendengarnya, dan tidak pernah malu meminta didoakan walau kepada orang asing yang kutemui di jalan sekalipun.

Beberapa tahun lalu, mama sakit dan penyakit beliau tergolong parah (*semoga sakit itu tidak pernah terulang lagi). Berhari-hari mama hanya bisa berbaring, kadang beliau duduk kalau merasa kesakitan karena kelamaan berbaring. Tapi berdiri lama? Mama tidak begitu mampu. Berjalanpun begitu kesulitan, hingga harus dipapah. Setiap mama merintih, setiap itu juga aku mau menangis. Mama selalu berdzikir saat kesakitan, dan kalau mama lupa aku akan ingatkan. Saat itu aku jarang keluar rumah karena khawatir meninggalkan mama dalam waktu lama. Mama selalu ingin aku yang menjaganya. Tiap pagi menemani mama terapi, tiap malam menemani mama di sampingnya, mengurut, memijat, mengambilkan ini itu, apapun.

Perasaan anak pasti sama. Tidak usah ditanya bagaimana cemasnya anak saat orangtuanya sakit. Jangan ditanya sudah berapa banyak doa yang seorang anak layangkan untuk kesembuhan orangtuanya. Begitupun denganku. Setiap bertemu teman atau mengobrol dengan teman via sosmed, tak lupa kupinta satu hal "tolong doakan mamaku sembuh ya.." walau awalnya mereka tak tahu menahu. Apalagi yang jelas-jelas sudah bertanya dan perhatian, aku pinta doanya jangan sampai putus.

Ya Allah..belum banyak yang bisa kuberikan. Bahkan cita-cita untuk mengajak mama ke tanah suci dengan hasil jerih payahku pun belum terealisasi. Aku begitu ingin mama sembuh. Berumur panjang, dan kelak kami akan berumrah bersama. Atau setidaknya kubiayai umrah haji orangtuaku kalau memang rejekiku yang terdekat hanya untuk itu.

Ketika mama sakit, aku sering membuka facebook, mencari artikel kesehatan, mengecek postingan dokter dan menanyakan perihal penyakit mama saat itu. Kucek google untuk membaca artikel terkait penyakit tersebut dan kuklik grup orang-orang yang survive dari penyakit itu, untuk bergabung dan mencari informasi sebanyak-banyaknya dari mereka yang mengalami hal serupa. Berharap penuh pada Allah, mama bisa sembuh total. Karena kulihat di grup itu, banyak penderita yang harus operasi dan belum tentu sembuh total.

Suatu hari, kubuka facebook dan kulihat seorang teman sedang berada di tanah suci. Dia baru saja tiba. Aku lupa bagaimana cara kami berteman di akun facebook, siapa add siapa aku tak ingat lagi. Sekilas kulihat orangnya baik. Lalu kuberanikan diri mengirim pesan untuk pertama kali. Bismillah. Aku memohon didoakan kesembuhan untuk mamaku yang sedang sakit, sampai-sampai disarankan operasi. Kupinta waktu dan keikhlasan temanku untuk mendoakan orangtuaku, yang ia tidak kenali. Air mataku tertumpah kala mengetik semua permintaan itu. Karena benar-benar berharap teman tersebut serius menanggapi. Jangankan orangtuaku, aku pun mungkin tidak ia kenali benar sebelumnya. Tapi tidak ada pikiran lain selain meminta bantuan doa. Dan posisinya sedang berada di tanah suci. Tempat barokah, waktu mustajab. Bagiku itu kesempatan emas untuk memudahkan prosesnya kesembuhan mama. Dan temanku itu mengiyakan.

Sunday, July 09, 2017

Persembahan Terbaik

Dulu, saat duduk-duduk di teras masjid (tak masuk, hanya menemani teman melaksanakan shalat di masjid yang kami singgahi) kulihat ada bapak tukang becak yang memarkir becaknya di halaman masjid. Entah kenapa jadi ingin memperhatikan beliau. Penampilannya sederhana. Baju kaos yang basah dengan keringat dan celana kain di atas mata kaki. Umurnya mungkin kisaran 50an tahun. Beliau mengambil kantong plastik dari jok becak (tempat duduk penumpang), lalu bergegas ke tempat wudhu pria.
Kemudian beliau keluar dengan pakaian yang lebih rapi, baju koko putih dan celana kain yang kelihatan berbeda. Lengkap dengan peci putihnya. Wajah teduh beliau basah oleh wudhu. Beliau bergegas masuk ke masjid sebelum iqamah. Dan aku cuma bertopang dagu sembari tersenyum.

Wednesday, May 31, 2017

Jaga cahaya semangat itu terus menyala

Teringat pada Ramadhan hari ke-2 lalu ustadz memberi semangat pada santri.

Ada orang yang diberi kemampuan lebih dalam menghafal Al-quran dan memiliki kepercayaan diri. Ada juga yang kemampuannya kurang dalam menghafal, tetapi diberi kepercayaan diri tinggi. Ada juga yang kemampuannya kurang, lantas kepercayaan dirinya juga kurang. Nak, jangan jadi yang paling terakhir itu. Kepercayaan diri adalah bentuk husnudzon dan keyakinan bahwa Allah akan menolong. Milikilah kepercayaan diri itu. Kalau engkau miliki rasa percaya diri, engkau akan melangkah maju. Merasa lambat dibanding yang lain bukan berarti engkau tak mampu. Percaya dirilah.

Kalimat beliau tidak persis sama dengan yang kutulis di atas, tapi kurang lebih seperti itu. Memberi suntikan semangat pada santri yang merasa down. Seperti tetesan hujan setelah kemarau panjang.

Tuesday, March 07, 2017

Memilih Berjuang

Dulu sekitar 11 tahun yang lalu, saat bapak meninggal, mama tidak sedang bekerja di kantoran. Mama murni ibu rumah tangga. Mama belum membuka usaha jahit dan jual hijab. Tapi Allah tetap memelihara Dan mencukupi kebutuhan keluarga kami. Mama masih memiliki gaji dan tabungan dari bapak. Sewaktu kecil aku tidak mengerti tentang pembagian harta gono gini, semua kakakku amanah dan memberikannya padaku sambil menyampaikan nasehat dan sarannya. Alhamdulillah..Allah menjaga keluarga kami. Kakak sulungku mendapat pekerjaan lalu menikah. Menyusul kakakku yang lain. Alhamdulillahirabbil'alamiin.. :)

Lupa tepatnya di tahun ke berapa, mama memulai bisnis jahit dan jual hijab. Ditekuninya sampai sekarang. Selama proses itu, aku banyak belajar. Belajar untuk mencari nafkah jauh-jauh sebelum berumah tangga, walau mungkin tak seperti mereka yang bergaji tiap bulannya. Karena pekerjaan kantoran belum bisa dilakoni karena status yang masih anak sekolah, belum ada ijazah SMA dan S1 saat itu, jadi aku mengerjakan pekerjaan yang kuberi judul 'hobi yang menghasilkan uang'. Aku diberi kemampuan menggambar oleh-Nya, kumanfaatkan, lalu aku dibayar. Aku pernah mengajar, Alhamdulillah seorang guru yang baik mempercayakan aku untuk mengajar meskipun belum ada ijazah S1 di tanganku sebagai syarat untuk mengajar kala itu, lalu dari sana aku mendapat gaji. Walau semua uang itu aku berikan pada mama, tetap saja (entah kenapa) mama tidak mau menerimanya. Mama bilang, "tabung saja" atau "simpan saja". Mama akan terima kalau sudah 'kupaksa'. Aku tahu takkan pernah sebanding semua gajiku untuk membalas jasa dan cinta kasih mama. Kubawa mama naik haji atau keliling dunia pun takkan sebanding, takkan berbayar. Tapi inilah yang ingin kuberikan. Cinta dan bakti. Aku berusaha. Bukankah kita semua sama sebagai anak? Pasti ingin menjadi yang terbaik bagi orangtua dan keluarga, juga bagi pendamping hidup kita dan anak-anak kita kelak.

Wednesday, February 22, 2017

Kata mereka tentang Bapak..

"Nak, tidak ada orang yang jadi miskin karena ikhlas dan senang bersedekah dan menolong orang lain. Kalau ada rejeki, bantu saja. Walau tidak kenal, tolong saja apa yang kita bisa. Allah yang mengurus kita. Tidak perlu khawatir."
Bapak berpesan untuk tidak pernah pelit, tidak kikir. Dan memang itulah yang Bapak tunjukkan selama hidupnya.
Dan sepeninggal Bapak, tak pernah sekalipun kutemukan kalimat miring tentang Bapak. Dermawan, baik, amanah, jujur, dihormati, dekat dengan orang kecil dan para pegawai di kantor, hal-hal baik inilah yang sangat sering kudengar dari lisan orang-orang.
"Bapakmu itu..baik sekali. Cerdas, bertanggungjawab, pekerja keras, sederhana, dan disukai orang-orang," seorang staf Bapak memulai ceritanya di suatu hari, "Bapakmu itu berani berkata yang benar dan anti korupsi. Beliau tidak pernah mau terima barang dan uang yang tidak jelas sumbernya. Saat rekan-rekannya sudah gonta-ganti mobil, beliau tetap santai dengan kendaraan kijang tuanya, sampai bisa membeli mobil baru sendiri, padahal dulu selalu ditawari mobil mewah tapi selalu ditolaknya. Bapakmu sering bagi-bagi rejeki ke orang-orang. Sering bantu orang yang susah. Bapakmu pejabat miskin. Sering beliau bilang begitu tentang dirinya. Pejabat sederhana yang kaya hatinya, itulah yang kami lihat."

Sunday, February 05, 2017

Hadiah sayembara menulis dari Turki :)

Bismillaah.

Postcard yang ada di tangan teh Nabila Hayatina dengan latar Kota Istanbul pada salah satu foto, kini sudah tiba di tanganku. Alhamdulillah. Walaupun latar fotonya Danau Kampus Unhas..sama-sama ada airnya..hehe. Tulisan yang kukirim menjelang akhir tahun 2016 lalu menjadi salah satu tulisan yang berkenan di hati teh Nabila. Aku dikirimi email dari teh Nabila untuk konfirmasi pengiriman hadiah. Jauh-jauh hadiahnya terbang dari Turki. Selamat. Eh btw Jodoh..kamu kapan terbang ke sini? *jangan abaikan* >,<


Nah..isi tulisanku waktu itu..hmm berkaitan dengan Al-Qur'an. Hal yang akhirnya menjadi ide untuk kusampaikan ke sahabat panitia saat merancang lomba essay bertema sama pada pre-event Talkshow Inspiratif Al-Qur'an Komunitas Manjaddawajada Makassar😊.

Saturday, February 04, 2017

Dilemanya para Fresh Graduate : Setelah Wisuda, ngapain ya?

Dilemanya wanita : Setelah lulus dari kampus ngapain? Bekerja atau tidak? Nikah atau lanjut S2? Setelah menikah bagaimana? Ah.. Sudah, tidak perlu dilema lagi.😁

Menurutku.. Kalau ditanya "kerja dimana sekarang?", itu lebih mendebarkan dibanding "kapan lulus?". Hehe. Jadi buat adik-adik yang masih kuliah, nikmatin saja skripsi dan thesisnya. Cepat lulus itu Alhamdulillah. Kalau rejeki lulusnya di tahun ke-5 juga Alhamdulillah. Masing-masing orang punya problemnya. Hadapi. Nikmati. Kan InsyaAllah cepat atau lambat bakal lulus juga.😀

Kalau ditanya soal kerja, bebannya lain lagi. Apalagi yang baruuu saja lulus, tapi belum bekerja. Langsung dicap pengangguran. Kerja tetap belum dapat. Lanjut S2 kurang minat. Rintis usaha sendiri juga tidak tahu, bingung, merasa tidak berbakat. Mau nikah eh tapi belum dilamar. Oh God.. lengkap sudah yaa. hehe